Bioadaptor, Teknologi Revolusioner Tangani Penyakit Jantung Koroner pada Usia Produktif

6 hours ago 3
Bioadaptor, Teknologi Revolusioner Tangani Penyakit Jantung Koroner pada Usia Produktif Ilustrasi(Dok Ist)

PENYAKIT jantung koroner (PJK) masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia dan dunia. Menurut data World Health Organization (WHO), penyakit kardiovaskular merenggut sekitar 17,9 juta jiwa setiap tahunnya secara global, dan sekitar 85% dari angka tersebut disebabkan oleh serangan jantung dan strok. Di Indonesia sendiri, data Riskesdas 2018 mencatat prevalensi PJK sebesar 1,5%, dengan tren yang terus meningkat terutama pada kelompok usia muda.

Secara medis, prosedur angioplasti menggunakan balon dan stent telah lama menjadi solusi utama untuk membuka pembuluh darah yang tersumbat. Namun, teknologi stent konvensional masih menyisakan tantangan besar dalam jangka panjang. Salah satu keterbatasannya adalah sifat permanen dan kaku yang dapat mengganggu pergerakan alami pembuluh darah, berpotensi memicu komplikasi seperti restenosis atau pembentukan jaringan parut.

Salah satu inovasi terbaru yang menjawab kebutuhan ini adalah teknologi Bioadaptor, yang dikembangkan oleh Elixir Medical, perusahaan perangkat medis asal Silicon Valley. Teknologi ini menawarkan pendekatan baru yang lebih dinamis dalam penanganan penyakit jantung, berbeda dengan stent konvensional yang statis. Dokter spesialis jantung Prof. Dr. dr. Teguh Santoso mengatakan bahwa Bioadaptor telah melalui uji klinis skala internasional yang menunjukkan hasil menjanjikan. 

“Dalam studi DynamX First-in-Human Trial yang dipublikasikan di JACC: Cardiovascular Interventions 2020, teknologi Bioadaptor terbukti aman dan efektif pada pasien dengan PJK. Studi ini mencatat tidak adanya kejadian kardiovaskular mayor (MACE) dalam 6 bulan pertama, dan menunjukkan kemampuan pembuluh darah untuk mempertahankan motilitasnya setelah perangkat mulai melepaskan diri dari dinding arteri,” ungkapnya dalam acara Limited Media Interview baru-baru ini. 

Fungsi membuka penyumbatan

Selain itu, hasil uji DynamX RCT Trial yang melibatkan lebih dari 400 pasien di Eropa dan Asia menunjukkan bahwa Bioadaptor mampu mempertahankan fungsi vaskular lebih baik dibandingkan stent konvensional berbasis logam atau bioresorbable scaffold sebelumnya. 

Bahkan, tingkat restenosis tercatat lebih rendah, dan tidak ditemukan komplikasi serius terkait implantasi pada masa pemantauan 12 bulan, bahkan menunjukkan hasil yang superior untuk pasien muda (produktif) yang mengalami penyumbatan di pembuluh darah kiri (LAD) karena gerakan pembuluh darah tersebut biasanya lebih dinamis, dan membutuhkan alat yang dapat mengembalikan gerakan alami di pembuluh darah tsb dalam uji klinis 24 bulan.

Menurut Prof. Teguh, Bioadaptor merupakan lompatan besar dalam pengobatan jantung modern. “Bioadaptor bekerja seperti stent di awal, membuka penyumbatan. Tapi setelah sekitar enam bulan, perangkat ini mulai beradaptasi dan memberi ruang bagi pembuluh darah untuk bergerak kembali secara alami,” jelasnya.

Prof. Teguh menambahkan, fleksibilitas ini menjadikan Bioadaptor sangat ideal untuk pasien usia produktif yang aktif secara fisik. Ia juga menekankan pentingnya edukasi kepada pasien untuk memahami manfaat jangka panjang dari teknologi ini. 

“Saya biasa mengatakan bahwa ini adalah stent yang bisa melepaskan diri, yang membebaskan pembuluh darah untuk kembali bekerja seperti seharusnya,” katanya.

Dengan dukungan data klinis internasional dan pengalaman praktik langsung di Indonesia, Bioadaptor kini menjadi salah satu solusi paling menjanjikan dalam dunia kardiologi intervensi. Inovasi ini tidak hanya memberikan hasil medis yang positif, tetapi juga memberikan harapan baru bagi jutaan pasien yang ingin kembali menjalani hidup aktif tanpa khawatir terhadap risiko komplikasi di masa depan.

Prof. Teguh berharap teknologi ini bisa semakin dikenal dan diadopsi oleh lebih banyak rumah sakit dan praktisi kesehatan di Indonesia. “Kita membutuhkan pendekatan yang lebih canggih, yang tidak hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga mengembalikan kualitas hidup pasien secara menyeluruh,” tandasnya.(H-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |