
FENOMENA alam yang menyebabkan keruhnya air Danau Toba membawa keresahan bagi masyarakat. Hal ini juga dimungkinkan menjadi penyebab kematian ikan.
Untuk mengatasi hal ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Samosir mengambil langkah kerja sama dengan akademisi dari Universitas Sumatera Utara untuk melakukan pengambilan sampel air dan diteliti.
"Ini langkah yang ditempuh Pemkab Samosir bersama akademisi dari USU, kerja sama untuk mengambil sampel air, selanjutnya untuk dilakukan kajian terhadap fenomena alam di Samosir ini," kata Bupati Samosir Vandiko Gultom, Sabtu (26/7).
Untuk penanganan selanjutnya, Vandiko berharap uji laboratorium yang dilakukan pihak USU dapat segera keluar sehingga Pemkab Samosir dapat melakukan langkah-langkah penanganan ke depan.
"Kami harap masyarakat dapat bersabar, kita tunggu hasilnya jika sudah keluar nantinya Pemkab Samosir akan berusaha maksimal dalam penanganan lebih lanjut," ujarnya.
Lembaga peneliti USU bersama tim melakukan pengambilan sampel air di kawasan Water Front Pangururan, dan termasuk nantinya dikawasan perairan Sibeabea.
Melihat kondisi saat ini, peneliti dari USU Ahli Limnologi, Ternala Alexander Barus menjelaskan, penyebab kekeruhan air Danau Toba kemungkinan dikarenakan adanya perputaran air akibat angin kencang yang menyebabkan air di dasar beserta endapannya naik ke permukaan.
"Di dasar sudah terjadi pembusukan yang bisa menghasilkan amoniak, H2S, belerang yang toksin dan ketika naik ke permukaan menyebar menyebabkan ikan mati, karena kandungan oksigen sudah sangat rendah dibawah 2 mg/liter dan sebaiknya di atas 4 (mg/liter). Tapi kami akan melakukan kajian untuk memastikan hal ini," ujar Ternala. (AP/P-2)