55 Pria di Prancis Ditangkap Terkait Dugaan Jaringan Pedofilia

8 hours ago 1
55 Pria di Prancis Ditangkap Terkait Dugaan Jaringan Pedofilia Sebanyak 55 pria di berbagai wilayah di Prancis ditangkap dalam operasi besar-besaran untuk membongkar jaringan pedofilia melalui layanan pesan Telegram.(freepik)

SEBANYAK 55 pria dari berbagai wilayah di Prancis ditangkap antara Senin hingga Kamis pagi dalam sebuah operasi besar-besaran untuk membongkar jaringan pedofilia yang beroperasi melalui layanan pesan Telegram, menurut Kantor Perlindungan Anak Prancis (Office for the Protection of Minors/OFMIN).

Para tersangka, yang berusia antara 25 - 75 tahun, diduga saling bertukar pesan di Telegram dengan seorang pelaku kekerasan seksual terhadap anak yang sangat berbahaya, yang telah dipenjara pada musim panas 2024. Anak-anak dari pelaku tersebut berhasil diselamatkan setelah mengalami kekerasan, kata Quentin Bevan, kepala unit operasional OFMIN kepada CNN, Kamis (22/5).

“Kelima puluh lima individu ini semuanya telah bertukar materi CSAM (Child Sexual Abuse Material atau Materi Kekerasan Seksual terhadap Anak) dengan pedofil berbahaya tersebut, jadi kami memiliki bukti digital yang mengaitkan mereka semua,” ujar Bevan.

Bevan menyebut penangkapan ini merupakan “hasil dari penyelidikan selama sepuluh bulan.” “Itu adalah operasi penyelidikan dan infiltrasi besar pada grup Telegram ini,” kata Bevan. “Kami harus mengikuti percakapan mereka, menganalisisnya, dan mengidentifikasi individu yang bersembunyi di balik nama samaran Telegram — terutama mereka yang memiliki anak, memiliki catatan kriminal, atau bekerja di profesi sensitif yang melibatkan kontak dengan anak-anak.”

Bevan menambahkan para pria yang ditangkap berasal dari berbagai usia dan latar belakang: ayah, pegawai negeri, personel militer, dan paramedis. Di Prancis, kepemilikan dan distribusi materi kekerasan seksual terhadap anak diancam dengan hukuman penjara lima tahun dan denda €100.000 (sekitar Rp1,8 miliar).

Kekerasan Seksual Terhadap Anak

Dalam pernyataan kepada CNN, juru bicara Telegram, Remi Vaughn, mengatakan bahwa perusahaan telah mengambil “langkah-langkah luas untuk memerangi pelecehan anak.” Ia menyebut lebih dari 367.000 grup dan kanal yang terkait dengan materi kekerasan seksual terhadap anak telah dihapus sepanjang tahun 2025 sebagai hasil dari upaya mereka.

Ini bukan kali pertama platform Telegram terlibat dalam kasus besar di Prancis. Pada Agustus 2024, pendiri Telegram, Pavel Durov, sempat ditahan di Bandara Bourget, Paris, atas surat perintah yang berkaitan dengan kebijakan moderasi Telegram.

Otoritas Prancis mendakwa Durov pada 28 Agustus 2024 dengan beberapa tuduhan, termasuk pencucian uang dan penyebaran materi kekerasan seksual terhadap anak. Durov kemudian menyatakan bahwa dirinya berkomitmen untuk meningkatkan moderasi aplikasi tersebut dan bahwa pihak berwenang mencoba menjadikannya “bertanggung jawab secara pribadi atas penggunaan ilegal Telegram oleh pihak lain.” (CNN/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |