
PENGAMAT agrobisnis Brigjen (Purn) Faisal Abdul Naser menilai optimalisasi pengembangan sektor usaha agrobisnis sangat penting guna mewujudkan program ekonomi hijau yang berkelanjutan. Menurut dia, Indonesia memiliki potensi agrobisnis yang sangat besar dan dapat menjadi motor penggerak ekonomi hijau nasional.
”Agrobisnis tidak hanya berperan dalam meningkatkan ketahanan pangan dan pendapatan petani, tetapi juga mampu menciptakan lapangan kerja hijau, mendukung pembangunan rendah karbon, serta mengurangi intensitas emisi nasional. Dari tanah subur ke pangan lestari untuk seluruh negeri,” ujar Faisal, Kamis (29/5).
Mantan Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Aceh, ini menyebut sangat diperlukan diversifikasi produk pertanian, pemanfaatan pasar domestik yang luas, serta peningkatan ekspor sebagai peluang utama dalam pengembangan agrobisnis berbasis ekonomi hijau.
Pada awal Juni mendatang, Presiden Prabowo Subianto rencananya akan menghadiri panen raya jagung secara serentak di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Kegiatan ini merupakan bagian dari program nasional yang melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah pusat dan daerah, serta masyarakat petani. Kepala Negara akan hadir secara virtual, menandakan pentingnya sinergi lintas sektor dalam mewujudkan swasembada pangan.
Pun Kepolisian Negara Republik Indonesia melalui gugus tugas ketahanan pangan juga telah aktif menggerakkan masyarakat dan kelompok tani untuk menanam jagung, serta mendukung distribusi hasil panen.
Pemanfaatan dan pengembangan ladang jagung tidak hanya berdampak pada peningkatan produksi pangan, tetapi juga membuka peluang besar bagi pengembangan sektor usaha agribisnis di Indonesia. Kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat petani menciptakan ekosistem agrobisnis yang lebih kuat dan berdaya saing.
Faisal yang kini dipercaya sebagai Chairman Executive Liaison Staff PT Japfa Comfeed Indonesia juga melihat besarnya peluang dan dukungan agrobisnis sebagai motor penggerak ekonomi hijau. ”Indonesia memiliki potensi agrobisnis yang sangat besar dan mampu diarahkan untuk berorientasi pada konsep ekonomi hijau atau green economy.”
Konsep ekonomi hijau, imbuhnya, adalah gagasan pengembangan ekonomi yang menitikberatkan pada pertumbuhan berkelanjutan, dengan memperhatikan aspek lingkungan dan sosial. Tujuannya adalah menciptakan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, keberlanjutan lingkungan, dan kesejahteraan sosial.
”Dalam konteks pengembangan ladang jagung, penerapan ekonomi hijau berarti mendorong produksi pertanian yang ramah lingkungan, efisien, dan berkelanjutan, sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat sekitar,” ucap dia.
”Panen Kalimantan Barat pada Juni nanti diperkirakan mencapai 56.000 hektare, juga di provinsi-provinsi lain. Saya optimistis Indonesia memiliki peluang green economy yang besar di sektor pertanian, yaitu sektor agrobisnis,” tambah Faisal.
Alumnus Lemhannas PPSA 24 Tahun 2023, ini menembahkan bahwa pengembangan ladang jagung oleh pemerintah bersama masyarakat membuka sejumlah peluang strategis di sektor agrobisnis, antara lain diversifikasi produk pertanian yang dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing hasil pertanian, dan pemanfaatan potensi pasar domestik yang sangat besar untuk produk jagung dan turunannya.
Kemudian, budaya konsumsi produk hewani yang terus tumbuh, di mana jagung menjadi bahan baku utama pakan ternak, serta peningkatan permintaan ekspor jagung seiring dengan pertumbuhan industri pangan dan pakan global.
Pemerintah bersama masyarakat membuka sejumlah peluang strategis seperti peningkatan nilai tambah produk pertanian, pemanfaatan pasar domestik, peningkatan konsumsi hewani (yang memerlukan pakan jagung), dan potensi ekspor.
Kehadiran Polri dalam program ketahanan pangan membuktikan bahwa institusi ini tidak hanya hadir dalam aspek keamanan, tetapi juga menjadi penggerak transformasi agribisnis dan pilar penting dalam mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai negara agraris yang mandiri, sejahtera, dan berwawasan lingkungan. (P-2)