Universitas Perjuangan Tasikmalaya Dukung Penggunaan Bahasa Isyarat, Wujudkan Kota Inklusi

5 hours ago 2
Universitas Perjuangan Tasikmalaya Dukung Penggunaan Bahasa Isyarat, Wujudkan Kota Inklusi Workshop Tanpa Suara Penuh Makna di Kampus Universitas Perjuangan Tasikmalaya(MI/KRISTIADI)

UNIVERSITAS Perjuangan Tasikmalaya, Jawa Barat, menggelar workshop  bahasa isyarat "Tanpa suara penuh makna" untuk mewujudkan Kota Tasikmalaya sebagai kota inklusi ramah penyandang disabilitas.

Kegiatan tersebut, dilakukan di Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen Gedung Mashudi, Kelurahan Kahuripan, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya.

Rektor Universitas Perjuangan, Yadi Heryadi mengatakan, workshop menggandeng komunitas pegiat sosial tunarungu, metamorfrosa Indonesia.
Kegiatan ini menjadi bentuk konkret kepedulian bagi tunarungu, sekaligus menjadikan Tasikmalaya sebagai kota inklusif ramah penyandang disabilitas.

"Kita sangat mendukung program yang dilakukan pemerintah Kota Tasikmalaya tidak hanya di level rektorat atau fakultas, tapi mahasiswa. Salah satunya, Program Studi Manajemen harus mulai memberikan ruang lebih banyak bagi teman-teman yang memiliki kebutuhan khusus. Dukungan ini tidak sebatas pada retorika semata tapi diwujudkannya dalam bentuk penyediaan ruang," katanya, Selasa (20/5).

Dia menambahkan dukungan yang diberikan diwujudkannya dalam bentuk penyediaan aksesibilitas fisik, pendampingan akademik, dan teknologi bantu untuk menunjang kegiatan belajar mahasiswa disabilitas di dalam kampus. Penunjang kegiatan belajar masih ada keterbatasan dan impelementasi ideal masih terus dilakukan perbaikan secara bertahap.

"Kampus Universitas Perjuangan sedang kita benahi. Lulusan yang memiliki kebutuhan khusus akan disiapkan beberapa sarana menunjang aktivitas lain. Upaya itu akan dilakukan. Ke depan bisa lebih baik," tambahnya.

Sementara itu, paguyuban pegiat sosial disabilitas Tasikmalaya, Aris Rahman mengungkapkan, pihaknya mendukung dan mendorong bahasa isyarat sebagai agenda rutin berkelanjutan di berbagai lembaga, termasuk di kampus-kampus. Pemahaman bahasa isyarat di kalangan masyarakat sangat penting, terutama dalam pelayanan publik seperti di sektor kesehatan antara tenaga medis dan pasien tunarungu.

"Ketika penyandang tunarungu datang berobat ke rumah sakit, perawat harus memahami bahasa isyarat agar bisa mengetahui keluhan pasien. Kalau tidak, dikhawatirkan terjadi salah diagnosa maka dari itu, pelatihan bahasa isyarat harus diperluas dan langkah yang dilakukannya
harus memiliki peran strategis dalam menciptakan pendidikan yang inklusif dan berkeadilan," pungkasnya.

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |