Trump Serukan Putin untuk Berhenti Serangan di Kyiv, Zelensky Tekankan Pentingnya Gencatan Senjata

5 hours ago 3
Trump Serukan Putin untuk Berhenti Serangan di Kyiv, Zelensky Tekankan Pentingnya Gencatan Senjata Presiden AS Donald Trump mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap serangan mematikan Rusia di Kyiv dan meminta Presiden Putin untuk menghentikan serangan tersebut.(Media Sosial X)

PRESIDEN AS Donald Trump mengatakan "tidak senang" dengan serangan mematikan Rusia di Kyiv. Trump meminta Presiden Vladimir Putin untuk "berhenti".

"Tidak perlu, dan waktunya sangat buruk. Vladimir, BERHENTI!" tulis Trump di platform Truth Social, seraya menambahkan: "Mari kita SELESAIKAN Perjanjian Damai!"

Serangan pada malam hari itu menewaskan sedikitnya delapan orang dan melukai 77 lainnya, menurut pejabat setempat.

Kemudian pada Kamis (24/4), Trump menolak untuk mengatakan apakah AS akan memberlakukan sanksi tambahan terhadap Rusia, tetapi memperingatkan "sesuatu akan terjadi" jika pengeboman tidak dihentikan.

Trump juga mengatakan ia "tidak berpihak" pada salah satu kubu, tetapi fokusnya adalah mengakhiri konflik tersebut.

Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan AS seharusnya bisa bersikap lebih tegas terhadap Rusia untuk mengamankan gencatan senjata. "Kami percaya bahwa jika tekanan lebih besar diberikan kepada Rusia, maka posisi kami bisa lebih mendekat," kata Zelensky kepada wartawan saat kunjungan ke Afrika Selatan.

Saat ditanya apakah ia bersedia memberikan konsesi, Zelensky mengatakan fakta  Ukraina bersedia bernegosiasi dengan Rusia sudah merupakan "kompromi besar" dan "gencatan senjata harus menjadi langkah pertama".

Zelensky mempersingkat kunjungannya ke Afrika Selatan setelah serangan di Kyiv, yang ia sebut sebagai "salah satu yang paling sulit dan paling kurang ajar". "Jika Rusia mengatakan siap untuk gencatan senjata, maka mereka harus menghentikan serangan besar-besaran terhadap Ukraina. Kesabaran yang habis adalah milik rakyat Ukraina, karena kami yang diserang, bukan orang lain," tambahnya.

Pada Rabu (23/4), Trump menuduh pemimpin Ukraina itu menghambat negosiasi damai, setelah Zelensky menyatakan Kyiv tidak akan mengakui kendali Rusia atas Crimea. Ukraina sejak lama menegaskan tidak akan menyerahkan Crimea, semenanjung di selatan yang dianeksasi secara ilegal oleh Rusia tahun 2014.

Trump mengklaim kesepakatan untuk mengakhiri perang "sangat dekat", tetapi penolakan Zelensky terhadap syarat-syarat AS "tidak akan membawa apa-apa selain memperpanjang konflik".

Sebelumnya, Wakil Presiden AS JD Vance memaparkan visi AS untuk sebuah kesepakatan, yang menyatakan kesepakatan tersebut akan "membekukan garis wilayah [...] mendekati posisi saat ini".

Saat ditanya wartawan di Gedung Putih minggu ini apakah pemerintahan sedang mempertimbangkan untuk mengakui kedaulatan Rusia atas Crimea, Trump mengatakan ia hanya ingin perang segera berakhir.

Mengakui pendudukan ilegal Rusia atas Crimea tidak hanya akan menjadi keputusan politik yang mustahil bagi Zelensky, tetapi juga bertentangan dengan norma hukum internasional pasca-perang yang menolak perubahan batas wilayah dengan kekuatan militer.

Zelensky mengatakan pertemuan mengenai penyelesaian konflik antara pejabat Ukraina, AS, Inggris, dan Eropa di London pada hari Rabu adalah "sulit tapi konstruktif, dan hasilnya bukan perbedaan, melainkan keinginan untuk terus bekerja sama".

“Kami telah menunjukkan garis akhir kepada mereka,” kata Menteri Luar Negeri Marco Rubio pada hari Kamis di Oval Office, saat ia tampil bersama Trump dan Perdana Menteri Norwegia Jonas Støre.

“Kami membutuhkan keduanya untuk mengatakan ya, tetapi apa yang terjadi semalam dengan serangan rudal itu seharusnya mengingatkan semua orang mengapa perang ini harus diakhiri.” (BBC/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |