
MINUMAN energi kini makin marak ditemukan dengan berbagai merek. Minuman ini populer dengan manfaatnya menambah stamina ketika menjalani aktivitas berat.
Selain keunggulannya meningkatkan energi, ada dampak lain yang perlu Anda waspadai dari kebiasaan konsumsi minuman berenergi.
Minuman berenergi (energy drink) adalah minuman yang memiliki fungsi untuk meningkatkan energi serta performa fisik.
Minuman ini mengandung bahan-bahan yang bersifat sebagai stimulan seperti kafein, taurin, gula, vitamin, serta glukuronolakton. Untuk memperkuat rasa, beberapa produk yang juga ditambahkan dengan soda.
Sebanyak 1 porsi minuman berenergi (240 g) mengandung gula sebanyak 12 g dan kafein sebanyak 74 mg. Beberapa jenis energy drink juga mengandung vitamin B atau bahan herbal seperti ginseng untuk meningkatkan energi. Minuman ini dapat Anda temui dalam bentuk botol, kaleng, maupun bubuk dalam kemasan sachet.
Meski bisa menambah stamina, konsumsi energy drink dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek negatif bagi kesehatan. Di bawah ini sejumlah bahaya kesehatan yang akan timbul dari terlalu banyak konsumsi minuman energi.
Badan Keamanan Pangan Eropa (EFSA) menyatakan bahwa minuman berenergi sering mengandung kafein dosis tinggi, dengan kadar mencapai 80–150 mg per 250 mL—setara dengan secangkir kopi.
Konsumsi lebih dari 200 mg kafein sekaligus (atau 400 mg/hari) dapat menimbulkan efek samping seperti gelisah, gangguan tidur, dan peningkatan detak jantung, terutama pada anak-anak, ibu hamil, atau orang yang sensitif terhadap kafein. EFSA menekankan pentingnya mencantumkan peringatan label untuk kelompok rentan ini.
Selain kafein, EFSA memperingatkan risiko kombinasi stimulan lain (seperti taurin atau guarana) yang sering ada dalam minuman berenergi, karena dapat memperburuk efek kardiovaskular.
Lembaga ini merekomendasikan pembatasan konsumsi dan menyarankan konsumen untuk memperhitungkan total asupan kafein harian dari semua sumber (kopi, teh, cokelat, dll.) guna menghindari overdosis.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyoroti bahwa minuman berenergi sering mengandung gula tambahan dalam jumlah tinggi, berkontribusi pada asupan kalori berlebihan dan peningkatan risiko obesitas pada anak.
Konsumsi minuman manis secara teratur dikaitkan dengan penambahan berat badan, diabetes tipe 2, dan masalah gigi. WHO merekomendasikan pembatasan asupan gula harian pada anak di bawah 25 gram (6 sendok teh) untuk mencegah dampak kesehatan jangka panjang.
Untuk mengurangi risiko obesitas, WHO menyarankan kebijakan pembatasan pemasaran minuman tinggi gula kepada anak-anak serta penerapan pajak atau label peringatan pada produk tersebut.
Alternatif seperti air putih, susu rendah lemak, atau minuman tanpa pemanis tambahan lebih dianjurkan untuk menjaga kesehatan anak.
Penelitian dalam Journal of the American Heart Association mengungkap bahwa konsumsi minuman berenergi dapat menyebabkan perubahan signifikan pada sistem kardiovaskular.
Dalam waktu 4 jam setelah konsumsi, terjadi peningkatan tekanan darah sistolik sekitar 4-5 mmHg dan perubahan interval QT yang memengaruhi irama jantung. Efek ini terutama disebabkan oleh kombinasi kafein dosis tinggi (rata-rata 320mg per sajian) dan stimulan lain seperti taurin yang berinteraksi dengan sistem saraf simpatik.
Temuan studi ini sangat mengkhawatirkan karena perubahan elektrokardiografi dan tekanan darah tersebut dapat memicu aritmia ventrikel pada individu rentan.
Penelitian menekankan bahwa efek kardiovaskular minuman berenergi lebih besar dibandingkan minuman berkafein biasa dengan dosis serupa, menunjukkan peran penting kandungan stimulan tambahan. Para peneliti merekomendasikan penelitian lebih lanjut untuk memahami mekanisme pasti dan mengidentifikasi kelompok populasi yang paling berisiko.
The American Academy of Pediatrics (AAP) dengan tegas memperingatkan bahwa minuman berenergi berbahaya bagi anak-anak karena kandungan kafein yang tinggi (sering mencapai 80-150 mg per kaleng) dan stimulan tambahan seperti taurin atau guarana, yang dapat menyebabkan efek samping serius seperti detak jantung tidak teratur (aritmia), tekanan darah tinggi, kecemasan, gangguan tidur, hingga gangguan pencernaan.
AAP menegaskan bahwa minuman berenergi sama sekali tidak cocok untuk anak-anak, karena tubuh mereka lebih sensitif terhadap efek stimulan, dan menyarankan orang tua untuk memilih alternatif yang lebih aman seperti air putih, susu, atau jus buah alami tanpa pemanis tambahan untuk memenuhi kebutuhan energi dan hidrasi anak.
Meski terdapat sejumlah dampak negatif yang perlu diwaspadai, bukan berarti Anda tidak boleh mengonsumsi minuman ini sama sekali.
Berikut Tips Konsumsi Minuman Energi yang Aman
- Batasi konsumsinya. Konsumsi tidak lebih dari 500 ml atau setara satu kaleng minuman berenergi per hari.
- Perbanyak minum air putih. Terlalu banyak minum energy drink bisa menyebabkan dehidrasi, sehingga tetap penuhi asupan cairan dengan minum air putih.
- Batasi atau hindari konsumsi minuman berkafein lainnya. Ketika minum energy drink, batasi konsumsi minuman berkafein lainnya seperti kopi, teh, atau cokelat panas.
- Hindari mencampurnya dengan alkohol. Mencampur minuman berenergi dengan alkohol dapat meningkatkan efek memabukkan minuman beralkohol.
Sebaiknya, Anda tidak hanya mengandalkan minuman berenergi untuk meningkatkan stamina. Untuk memperkuat tubuh, sebaiknya Anda menjalani olahraga rutin dan mendapatkan asupan gizi yang seimbang dari makanan sehat.
Jika Anda memiliki kondisi medis tertentu seperti diabetes, hipertensi, atau penyakit jantung, hindari konsumsi energy drink untuk menghindari risiko yang tidak diinginkan.
Sumber berita: EFSA, WHO, JAHA, American Academy of Pediatrics, Hello sehat.