
SEJUMLAH foto satelit yang diambil 2021 menunjukkan puncak-puncak gunung berapi di Pulau Besar Hawaii (Big Island) tertutup salju tebal. Penduduk lokal menyebut salju itu sebagai "pineapple powder" (bubuk nanas), peristiwa salju paling ekstrem dalam sejarah terbaru pulau tersebut.
Gambar pertama menunjukkan lapisan salju paling luas di Mauna Loa, gunung berapi setinggi 4.170 meter (13.681 kaki) yang terletak dekat pusat Pulau Besar. Gambar kedua memperlihatkan area putih yang sedikit lebih kecil di Mauna Kea, puncak setinggi 4.205 meter (13.796 kaki) yang terletak sekitar 40 kilometer di sebelah utara. Kedua gambar diambil pada hari yang sama.
Mauna Loa masih aktif dan terakhir meletus antara November hingga Desember 2022, menurut Global Volcanism Program. Sementara itu, Mauna Kea saat ini dalam kondisi dorman dan belum meletus selama setidaknya 4.600 tahun.
Salju di Hawaii lebih umum terjadi dibanding yang disangka banyak orang. Baik Mauna Loa maupun Mauna Kea sering menerima setidaknya taburan ringan salju setiap tahunnya. Namun, tahun 2021 merupakan kasus ekstrem.
Saat foto tersebut diambil, total salju yang menutupi kedua puncak mencapai jumlah tertinggi kedua untuk waktu yang sama dalam setahun sejak pencatatan dimulai pada 2001, menurut Earth Observatory milik NASA. Pada puncak badai salju yang terjadi sebelumnya, hingga 0,6 meter (2 kaki) salju turun di puncak kedua gunung dalam satu hari.
Laporan lokal mengungkapkan sejumlah warga pulau menukar papan selancar mereka dengan papan ski atau snowboard dan berani mendaki Mauna Kea untuk menikmati olahraga salju langka begitu jalanan dibuka.
Pineapple Powder
Salju Hawaii sering kali dikaitkan dengan fenomena cuaca yang dikenal sebagai Kona low, menurut Earth Observatory. Ini terjadi ketika arah angin bergeser dari timur laut yang biasa menjadi bertiup dari barat daya atau sisi “Kona”, menarik kelembapan dari Pasifik tropis yang kemudian berubah menjadi hujan dan salju saat naik ke lereng gunung.
Salju paling mungkin turun antara bulan Oktober hingga April, dan baik Mauna Loa maupun Mauna Kea mengalami rata-rata 20 hari tertutup salju setiap tahunnya, menurut Lyman Museum yang berbasis di kota Hilo di Pulau Besar. Dalam kasus langka, salju bahkan pernah turun hingga bulan Juni, menurut The Weather Channel. Namun, “pineapple powder” mungkin akan semakin jarang terjadi di masa depan.
Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa perubahan iklim akibat ulah manusia kemungkinan besar akan membuat salju jauh lebih jarang di Hawaii, karena meningkatnya suhu permukaan laut membuat fenomena Kona low semakin jarang terjadi, menurut Universitas Hawai'i di Manoa (UHM).
“Sayangnya, proyeksi menunjukkan rata-rata salju musim dingin di masa depan akan 10 kali lebih sedikit dibandingkan jumlah saat ini, hampir sepenuhnya menghapus tutupan salju,” ujar Chunxi Zhang, spesialis pemodelan atmosfer di International Pacific Research Center di Hawaii, dalam pernyataan UHM.
Dalam mitologi Hawaii, Mauna Kea merupakan rumah bagi dewi salju Poli‘ahu, yang memiliki persaingan sengit dengan Pele — dewi api dan gunung berapi, yang namanya juga digunakan untuk struktur kaca langka yang terbentuk di Gunung Kilauea di Hawaii. Dalam salah satu kisah, Poli‘ahu mengalahkan Pele dalam lomba seluncur, yang membuat Pele murka dan memicu serangkaian letusan besar gunung berapi. (Live Science/Z-2)