
MANTAN Presiden Filipina Rodrigo Duterte, yang saat ini ditahan di Den Haag atas perang melawan narkoba yang menyebabkan ribuan orang tewas, dilaporkan terpilih sebagai wali kota di basis kekuasaan keluarganya, menurut hasil awal dan sebagian.
Dua ajudan setianya, asisten lama Christopher "Bong" Go dan Ronald "Bato" dela Rosa, mantan kepala polisi yang memimpin perang narkoba, juga berhasil terpilih kembali sebagai senator.
Namun, pemilu paruh waktu yang diwarnai pertarungan besar antara dinasti Duterte dan Marcos ini juga menghasilkan kejutan yang tak terduga. Nasib putri Duterte, Wakil Presiden Sara Duterte, masih belum jelas karena penghitungan suara masih berlangsung.
Pemakzulan
Sara Duterte diperkirakan akan mencalonkan diri sebagai presiden pada 2028, menghadapi ancaman larangan berpolitik jika majelis juri yang terdiri dari anggota senat memutuskan untuk memakzulkannya.
Hal itu membuat pemilu paruh waktu menjadi ajang perang proksi antara para pendukungnya dan sekutunya yang kini menjadi lawan, Presiden Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr.
Para kandidat dari kedua dinasti bertarung langsung, dengan kubu Duterte berusaha meraih sembilan suara di senat yang diperlukan untuk menggagalkan pemakzulan. Namun, perhitungan tidak resmi yang mencakup 68% suara menunjukkan hasil yang belum pasti.
Dukungan Marcos Jr tampaknya tidak menghasilkan seperti yang diprediksi oleh jajak pendapat, hanya satu kandidatnya, penyiar Erwin Tulfo, yang masuk lima besar dalam perhitungan tidak resmi.
Sisa dari lima besar diisi oleh dua loyalis Duterte dan dua kandidat independen, sementara persaingan untuk mengisi 12 kursi senat yang tersedia berlangsung ketat. Sebagian besar kursi tampaknya diraih oleh kandidat independen.
Keluarga Duterte
Meski tengah diterpa persoalan politik, Sara Duterte tetap populer di mata publik, dan Presiden Marcos Jr sendiri akan meninggalkan jabatannya pada 2028.
Hasil sementara menunjukkan bahwa keluarga Duterte berhasil mempertahankan basis kekuasaannya di wilayah selatan, hanya dua bulan setelah Rodrigo Duterte, 80 tahun, ditangkap di Bandara Manila dan langsung diterbangkan ke Belanda untuk menghadapi Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
Penangkapannya memanaskan perseteruan antara Sara Duterte dan presiden saat ini, hanya beberapa minggu setelah sekutu Marcos Jr di DPR menyetujui pemakzulan Sara Duterte. Rodrigo Duterte diperkirakan akan menang sebagai wali kota, mengingat keluarga ini telah menguasai jabatan tersebut sejak pertengahan 1980-an.
Duterte memimpin Davao, sebuah kota metropolitan besar di selatan, selama dua dekade sebelum menjadi presiden pada 2016. Di sanalah ia memamerkan keberhasilan perang narkobanya, yang dianggapnya sebagai kunci sukses kota tersebut, dan mengantarkannya meraih dukungan luas dari berbagai penjuru negeri.
Putra bungsunya, Sebastian Duterte, yang sebelumnya menjabat sebagai wali kota, kini terpilih sebagai wakil wali kota, sehingga ia dapat menjalankan tugas ayahnya jika berhalangan. Putra lainnya, Paolo Duterte, juga terpilih kembali sebagai anggota kongres. Beberapa cucu Duterte pun berhasil meraih jabatan di tingkat lokal.
Nama Duterte tetap ada di surat suara karena ia belum dinyatakan bersalah atas kejahatan apapun. Ia mengalahkan keturunan dari keluarga politik saingan yang lebih kecil.
Menjaga basis kekuasaan politik di Kota Davao sangat penting bagi keluarga Duterte — di sanalah mereka memperoleh dukungan pemilih terbanyak. Namun pemilu kali ini bukan hanya pertarungan antara dua keluarga politik besar.
Pemilu
Pemilu Senin kemarin diwarnai antrean panjang di bawah suhu 33°C serta laporan sporadis mengenai kekerasan dan kerusakan mesin pemungutan suara.
Seperti pemilu-pemilu sebelumnya, kampanye ala pertunjukan dengan nyanyian, tarian, dan gaya selebritas meramaikan panggung dan media sosial, menyoroti karakter politik Filipina yang sangat dipengaruhi oleh kepribadian dan popularitas, sering kali mengalahkan isu-isu penting seperti korupsi, tingginya biaya hidup, dan infrastruktur yang memprihatinkan. (BBC/Z-2)