
AJANG Pocari Sweat Run Indonesia 2025 di Kota Bandung sukses menyedot perhatian publik. Ribuan pelari dari seluruh penjuru Indonesia hadir langsung, sedangkan puluhan ribu lainnya berpartisipasi secara virtual.
Bandung pun kembali menunjukkan diri sebagai destinasi sport tourism unggulan. Tahun ini, 16 ribuan pelari mengikuti kategori lari langsung di Bandung, sedangkan 30.435 pelari dari 373 kota ikut serta secara virtual. Total partisipasi mencapai 46.435 orang, menandai tonggak penting dalam sejarah 12 tahun pelaksanaan event ini.
"Kalau tahun pertama dulu hanya sekitar 5.000 peserta, sekarang kita sudah sampai 46.000. Ini menunjukkan peningkatan luar biasa,” ungkap Marketing Director PT Amerta Indah Otsuka, Puspita Winawati, Minggu (20/7).
Dia menambahkan lonjakan ini seiring dengan kualitas penyelenggaraan yang terus meningkat. Salah satu hal baru dalam pelaksanaan tahun ini adalah lokasi flag-off dan finish yang dipindahkan dari Gedung Sate ke Balai Kota Bandung. Ini memberikan sentuhan segar dan berbeda, sekaligus menambah kedekatan antara pelari dengan ikon pemerintahan kota.
"Kita mulai lebih awal dan rute baru memberikan nuansa yang berbeda. Rute tahun ini juga disesuaikan dengan kondisi kota, hasil dari koordinasi intensif dengan Pemkot Bandung dan pihak keamanan," terangnya.
Hal baru lainnya adalah pengalaman rute steril dan lebih aman, terutama di kilometer 0–14, yang sepenuhnya tertutup untuk kendaraan. Tahun ini benar-benar jauh lebih steril. Kolaborasi dengan Pemkot Bandung sangat intens dan hasilnya bisa dirasakan langsung para peserta.
Nyaman berlari
Sementara itu, Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan menyambut baik semua inovasi yang diterapkan. Ini bagian dari city branding.
Ia ingin mengklaim Bandung sebagai kota paling nyaman untuk pelari. Lomba seperti ini bukan hanya soal olahraga, tetapi juga bagian dari pengembangan ekonomi dan pariwisata kota.
"Kalau tidak sedang ada race, pelari tetap bisa merasakan kenyamanan lari di Bandung. Udara sejuknya sampai jam 10 pagi," imbuhnya.
Sebagai bentuk dukungan terhadap sport tourism, Farhan juga mengungkapkan, Bandung memiliki 21 sarana olahraga publik, serta satu fasilitas besar di Tegalega seluas 20 hektare yang akan dikembangkan lebih lanjut. Jadi punya alasan kuat untuk memperbaiki semua fasilitas olahraga.
"Event seperti ini membuktikan manfaatnya sangat luas. Bahkan Kemenpora terus mendorong penguatan sarana olahraga kota melalui berbagai skema pendampingan," tandasnya.
Terkait dengan kemacetan pada saat pelaksanaan Pocari Sweat Run 2025, Farhan menerangkan, pemkot telah mencatat setidaknya empat titik rawan kemacetan yang menjadi perhatian, yakni kawasan Cikaso–Cicadas, Kiaracondong (putar balik), Pakuan (menuju Stasiun Bandung) serta Banceuy–Suniaraja.
"Empat titik ini akan kami pelajari untuk evaluasi. Data dari CCTV akan kami cocokan dengan masukan dari masyarakat (netizen), sehingga bisa dianalisis secara menyeluruh," paparnya.
Kemacetan
Memang, lanjut Farhan, tidak semua warga merasakan dampak positif dari event besar ini “Apakah semua masyarakat senang, Tentu tidak. Tapi tugas kami bukan hanya memfasilitasi pelari, melainkan juga menjaga keamanan, kebersihan dan kenyamanan masyarakat secara keseluruhan."
Bahkan kata Farhan, kemacetan parah bahkan sudah mulai terlihat sejak pukul 04.00 WIB. Arus kendaraan dari arah timur seperti Cicaheum dan Soekarno-Hatta mulai padat, terutama menjelang pukul 06.00 WIB, ketika banyak peserta maupun pengunjung menuju ke area start dan stasiun.
Beberapa warga mengusulkan agar rute keluar dari kawasan pusat kota bisa dibuka lebih fleksibel. Pemkot pun mempertimbangkan masukan tersebut untuk pelaksanaan ke depan.
"Saya menilai memang penting perbaikan rute, komunikasi publik yang lebih efektif serta penggunaan data analitik, untuk prediksi dan pengendalian lalu lintas pada event-event besar mendatang. Bandung sedang berupaya menjadi kota terbaik bagi Pocari Sweat Run. Bahkan, meskipun tak ada race utama, atmosfer Bandung tetap bisa menghidupkan semangat para pelari,” sambungnya.