Sudan Mau Gencatan Senjata jika RSF Menyerah

2 hours ago 2
Sudan Mau Gencatan Senjata jika RSF Menyerah Warga Sudan.(Al Jazeera)

DUTA Besar Sudan untuk Republik Indonesia, Yassir Mohamed Ali, menyatakan bahwa Sudan akan menyepakati gencatan senjata jika kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) serta pihak-pihak yang mendukungnya menyerah.

"Oke, kami bisa melakukan gencatan senjata jika mereka menyerah dan keluar. Jika tidak, kami akan melawan mereka karena mereka memerangi kami," kata Yassir di Jakarta, Rabu (5/11).

Pernyataan itu dia sampaikan menyusul sejumlah upaya untuk mencapai gencatan guna memungkinkan masuknya bantuan kemanusiaan ke Sudan.

Terkait rencana gencatan senjata tersebut, Yassir menegaskan bahwa Sudan tidak dalam posisi yang memungkinkan mereka untuk menentukan pilihan untuk menghentikan perang atau tidak karena mereka ialah pihak yang diserang oleh kelompok paramiliter tersebut dan pihak-pihak asing lain yang mendukung kelompok itu.

Oleh karena itu, Sudan, kata dia, akan terus bertahan dan melakukan perlawanan selama negara itu diserang oleh pihak-pihak tersebut.

"Anda tidak bisa membujuk pemerintah Sudan melakukan gencatan senjata karena (pemerintah) Sudan sedang mempertahankan diri. Sudan tidak agresif, Sudan tidak menyerang," katanya.

Yassir merujuk pihak-pihak tersebut sebagai tentara bayaran yang direkrut untuk membantu kelompok paramiliter RSF untuk melakukan pembunuhan terhadap warga sipil di Sudan.

"Orang-orang ini, mereka datang dan direkrut dari negara lain, lalu mereka membunuh rakyat kami. Mereka ingin menyerang negara kami. Mereka ingin mengubah sistem di sana (negara kami). Dan mereka didorong oleh pihak lain. Lalu mereka ingin memaksakan gencatan senjata," katanya.

Yassir menegaskan bahwa peperangan yang terjadi di Sudan bukanlah konflik internal, melainkan agenda internasional untuk melawan Sudan.

Pemerintah Sudan, kata dia, berhak melindungi rakyatnya sendiri dari kelompok-kelompok yang dihasut untuk melakukan pemberontakan. Salah satu caranya yaitu mengimpor senjata untuk melindungi kedaulatan mereka sendiri. 

Sayangnya, pihak-pihak asing tersebut kerap menjatuhkan sanksi terhadap Sudan, tetapi pada saat yang bersamaan mengirimkan senjata melalui Uni Emirat Arab kepada kelompok paramiliter tersebut.

"Jadi, seperti yang telah saya sebutkan, ini agenda internasional melawan Sudan. Ini bukan konflik internal," katanya.

Yassir menegaskan bahwa Pemerintah Sudan pada faktanya sangat menginginkan solusi damai dan ingin gencatan senjata tersebut dapat tercapai sehingga menciptakan perdamaian bagi seluruh rakyat Sudan.

Pemerintah Sudan tidak menentang perdamaian dan juga tidak menolak untuk melakukan perundingan damai.

"Jadi, kami menginginkan perdamaian. Dan kami berharap UEA menghentikan dukungan kepada mereka (RSF). Ini satu-satunya cara bagi mereka untuk terlibat dalam negosiasi damai. Jika tidak, mereka akan terus berjuang karena memiliki agenda sendiri," kata Yassir.

Sebelumnya pada Selasa (4/11), melalui konferensi pers yang diadakan perwakilan Sudan untuk Uni Afrika, Duta Besar Al-Zain Ibrahim Hussein, menyerukan kepada masyarakat internasional untuk menghentikan aliran senjata kepada paramiliter RSF dan menunjuknya sebagai organisasi teroris.

Hussein menuding komunitas internasional dan regional memungkinkan RSF melakukan kekejaman di kota El-Fasher, ibu kota Darfur Utara, dan di kota-kota serta desa-desa lain, menurut laporan kantor berita negara Sudan, SUNA.

Sebelumnya pada Senin (3/11), penasihat senior AS untuk urusan Arab dan Afrika, Massad Boulos, mengatakan upaya mencapai gencatan senjata kemanusiaan di Sudan terus berlangsung setelah tentara Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter menyetujui rencana awal secara prinsip.

"Kedua belah pihak telah bersepakat secara prinsip. Setahu kami belum ada keberatan dari salah satunya. Kami sekarang fokus pada detail-detail kecilnya," kata Boulos dalam pernyataannya pada Senin, seperti dikutip Sudan Tribune.

Sejak 15 April 2023, militer Sudan dan RSF telah terlibat dalam perang yang gagal diakhiri oleh mediasi regional maupun internasional.

Konflik tersebut telah menewaskan ribuan orang dan membuat jutaan orang mengungsi. (Ant/I-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |