PMI Manufaktur Indonesia Kontraksi, Pemerintah Didorong Fokus pada Stimulus Jangka Pendek

3 hours ago 3
PMI Manufaktur Indonesia Kontraksi, Pemerintah Didorong Fokus pada Stimulus Jangka Pendek Para pekerja kontruksi tengah menggarap infrastruktur(MI Usman Iskandar)

EKONOM Universitas Paramadina Wijayanto Samirin menilai kontraksi Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada April 2025 disebabkan oleh kombinasi faktor musiman, eksternal, dan domestik. PMI yang tercatat di level 46,7 menandakan sektor manufaktur sedang berada di zona kontraksi, atau di bawah ambang batas 50.

"Penurunan ini sangat dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu momen Lebaran yang sudah lewat, Trump Trade War, dan daya beli rakyat yang masih terpuruk," ujar Wijayanto saat dihubungi, Minggu (4/5). 

Menurutnya, faktor musiman seperti berakhirnya momen Lebaran adalah hal yang tak bisa dihindari. Namun, ia menekankan pentingnya peran pemerintah dalam mengatasi dampak dari faktor eksternal seperti perang dagang dengan Amerika Serikat serta melemahnya daya beli domestik.

"Pemerintah perlu memastikan kita mendapatkan deal terbaik dari AS dan pada saat yang bersamaan terus membuka pasar baru melalui berbagai perjanjian perdagangan, termasuk IEU-CEPA dengan Uni Eropa dan lain sebagainya," kata Wijayanto. 

Ia juga menggarisbawahi masalah menurunnya daya beli masyarakat yang diperparah dengan rendahnya tingkat tabungan serta meningkatnya utang dari pinjaman online.

"Pemerintah perlu mendongkrak program jangka pendek yang menciptakan lapangan kerja dan menstimulus daya beli," tutur Wijayanto.

Ia menyarankan agar pemerintah melakukan relokasi sumber daya dari proyek-proyek besar berjangka panjang seperti Makan Bergizin Gratis (MBG), Ibu Kota Negara (IKN), Koperasi Merah Putih, Giant Sea Wall, dan program 3 juta rumah per tahun, ke program-program yang lebih mendesak dan berdampak cepat terhadap ekonomi rakyat.

Lebih jauh, Wijayanto menyambut positif langkah Kementerian Keuangan yang melepas blokir anggaran sebesar lebih dari Rp86 triliun. Namun, ia mengingatkan pentingnya pengawasan agar dana tersebut benar-benar sampai ke sektor yang membutuhkan.

"Ini merupakan langkah yang tepat, namun perlu pengawasan implementasi yang ketat agar tidak salah sasaran," kata dia. 

Diketahui, Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada April 2025 yang berada di level 46,7 atau berada di fase kontraksi, yaitu di bawah poin 50 seperti hasil laporan S&P Global. 

Pelambatan PMI Manufaktur Indonesia pada April 2025 sejalan dengan hasil Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan April 2025 yang tercatat berada di level 51,90. Meskipun masih di dalam fase ekspansi, namun lajunya mengalami perlambatan dibandingkan bulan Maret 2025 yang sebesar 52,98 atau menurun sebesar 1,08 poin. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, nilai IKI April 2025 juga mengalami koreksi sebesar 0,40 poin. (Mir/M-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |