Petani Ikan di Waduk Cirata Terpuruk, Pernyataan Menteri KP makin Memberatkan

5 hours ago 7
Petani Ikan di Waduk Cirata Terpuruk,  Pernyataan Menteri KP makin Memberatkan Petani pembudidaya ikan di keramba jaring apung di Waduk Cirata(MI/BENNY BASTIANDY)

PEMBUDIDAYA ikan air tawar di kawasan Waduk Cirata risau. Pasalnya, di tengah kondisi ketidakpastian harga jual ikan, muncul pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono yang menyebut ikan hasil budi daya di Waduk Cirata mengandung merkuri.

Para petani pembudidaya di kawasan itu pun meradang. Sebab, pernyataan pejabat negara itu berdampak meluas hingga pada akhirnya merugikan para petani pembudidaya ikan di keramba jaring apung (KJA).

Ketua Umum Pembudidaya KJA Waduk Cirata, Edi Supiandi, menegaskan akhir-akhir beban berat sedang dihadapi para petani pembudidaya ikan air tawar. Selain harga yang anjlok, mereka juga dihadapkan harga pakan yang mahal serta serangan eceng gondok.

"Sekarang muncul pernyataan dari Menteri yang menyebut ikan hasil budi daya di Cirata mengandung merkuri. Ini makin menyudutkan kami yang selama ini sudah mendapat beban cukup berat dengan berbagai kendala," kata pria yang akrab disapa Ujang Dakum, yang ditemui di perairan Jangari Kabupaten Cianjur, Minggu (6/7).

Dia menyebut, pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan terlalu mengada-ada. Sebab, hasil uji laboratorium yang dilakukan pada 2023, ikan hasil budi daya di Waduk Jangari aman dikonsumsi karena tak mengandung merkuri.

"Sangat kami sayangkan ada pernyataan sepihak dari Menteri karena tak ada data pembanding," tuturnya.

Saat ini, kata dia, harga ikan air tawar dari Waduk Cirata turun cukup drastis. Ikan nila misalnya yang biasa dijual Rp25 ribu turun jadi Rp19 ribu per kg.

Pun ikan mas, yang awalnya rata-rata Rp28 ribu turun jadi Rp19 ribu per kg. "Omzet kami turun hampir 50%," imbuhnya.

Bahkan, ikan dari Cirata mulai ditolak di pasaran. Para pembeli mulai termakan isu kualitas ikan dari Cirata yang terkontaminasi merkuri.

"Kalau kondisinya terus seperti ini, kami bisa makin terpuruk," sesal  Ujang Dakum.

Disabilitas

KJA di Waduk Cirata menjadi tumpuan perekonomian ribuan warga di tiga wilayah yakni Kabupaten Cianjur, Kabupaten Purwakarta, dan Kabupaten Bandung Barat. Bagi Ujang Dakum, budi daya ikan air tawar di KJA merupakan sektor inklusif.

Sebab, keberadaannya mampu menyerap masyarakat berpendidikan rendah. Bahkan ada yang merupakan kalangan disabilitas.

"Di sini ada penyandang disabilitas yang ikut bekerja. Ada juga yang hanya lulusan kelas 3 SD," ungkapnya.

Karena itu, dia berharap pemerintah bisa lebih berpihak terhadap sektor budi daya ikan air tawar di KJA Cirata. Bukan malah mengeluarkan pernyataan yang pada akhirnya merugikan para petani pembudi daya ikan.

"Harusnya pemerintah membantu kami menangani serangan eceng gondok atau menangani harga pakan yang mahal," pungkasnya.

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |