
DEPUTI Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan Kemenko PMK Sukadiono menilai peningkatan cukai rokok masih dibutuhkan untuk menurunkan prevalensi perokok, terutama pada remaja.
"Saat ini, kenaikan CHT masih diperlukan untuk menurunkan prevalensi perokok usia 10-21 tahun. Mengingat indikator ini berkontribusi terhadap penurunan stunting, penurunan kematian usia balita, dan usia dewasa sebagai indikator komposit pencapaian Indeks Modal Manusia (IMM) pada RPJMN 2025-2029," kata Sukadiono dalam peluncuran riset CISDI di Jakarta, Kamis (24/4).
Dengan target kalau pada tahun 2020 itu 0,54 maka harapannya pada tahun 2029 menjadi 0,59 untuk indeks modal manusia ini.
"Tentu saja setiap pengambilan kebijakan kenaikan CHT perlu didahului dengan suatu kajian dan dilakukan mitigasi dampak agar implementasinya berjalan dengan baik," ungkapnya.
Efektivitas kenaikan cukai hasil tembakau terhadap pengendalian konsumsi tembakau dapat dilihat dari capaian target indikator pengendalian konsumsi tembakau pada RPJMN 2020-2024. Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan terdapat penurunan prevalensi perokok usia telah 10-18 tahun dari 9,1 persen menjadi 7,4 persen.
Instrumen harga dapat menurunkan prevalensi perokok. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh CISDI menyebutkan bahwa kenaikan harga rokok sekitar 10% dapat mengurangi kemungkinan inisiasi merokok remaja sekitar 22%.
Research associate for tobacco control CISDI, Gea Melinda mengatakan jenis rokok yang bisa berpengaruh adalah kretek filter, dengan asumsi karena jenis rokok yang paling sering dikonsumsi remaja dan dipasaran bahwa rokok filter lebih banyak.
CISDI juga menemukan bahwa jika harga rokok dinaikkan maka akan mempengaruhi inisiasi merokok pada remaja di Indonesia.
Inisiasi remaja Indonesia untuk merokok karena para remaja sudah dikepung oleh asap rokok, karena sekitar 52% remaja Indonesia memiliki orangtua perokok dan sepertiga dari remaja terpapar asap rokok setiap hari.
"Dari hasil analisis, kami (CISDI) menemukan bahwa status merokok orangtua pada remaja dan meningkatkan kemungkinan remaja untuk merokok hampir 1,3 kalinya. Kemudian terpapar asap rokok dapat meningkatkan kemungkinan remaja untuk merokok sampai 7 kali jadi angkanya sangat besar sekali," pungkasnya. (Iam/M-3)