
KESADARAN perempuan Indonesia terhadap kanker payudara masih rendah. Banyak yang baru memeriksakan diri setelah gejala memburuk, dan tak sedikit yang akhirnya terdiagnosis saat sudah memasuki stadium lanjut.
Melihat realitas ini, tiga institusi medis terkemuka asal Singapura Solis, Luma, dan OncoCare menghadirkan layanan kanker payudara terpadu yang kini dapat diakses oleh pasien dari Indonesia. Kolaborasi ini menekankan pentingnya diagnosis yang akurat, keputusan medis yang cepat, serta perawatan yang menyeluruh dan berbasis data klinis.
“Pasien sering datang terlambat. Padahal, perawatan yang tepat harus dimulai dari pencitraan yang akurat dan dilakukan tepat waktu,” kata Henry Oscar, konsultan radiologi dari Luma. Ia menegaskan bahwa teknologi imaging saja tidak cukup, karena interpretasi hasil juga sangat krusial.
Luma menyediakan pusat radiologi dan patologi dengan sistem day care surgery, yang memungkinkan proses diagnosis dan pengambilan keputusan dilakukan lebih cepat. Di sisi lain, Solis fokus pada pembedahan presisi dengan teknik minimal invasif, sedangkan OncoCare menyediakan terapi onkologi berbasis personalisasi, termasuk akses ke uji klinis terkini.
“Keberhasilan pengobatan sangat dipengaruhi oleh strategi yang tepat sejak awal. Pasien harus berada di tempat yang tepat, ditangani oleh tim dengan pengalaman,” ujar Tang Siau-Wei, konsultan bedah payudara di Solis.
Peter Ang dari OncoCare menambahkan bahwa pemahaman karakteristik biologis setiap pasien memungkinkan dokter merancang terapi yang lebih efektif. “Semakin dini, semakin besar peluang keberhasilan. Itu kenapa ketepatan sangat penting.”
Tak hanya soal teknologi medis, kolaborasi ini juga membawa pesan penting: keputusan untuk memeriksakan diri lebih awal adalah bentuk keberanian mencintai diri. Di tengah rendahnya kesadaran, inisiatif ini hadir untuk mempermudah perempuan Indonesia mendapatkan layanan kanker berstandar internasional dengan waktu tunggu lebih cepat dan pendekatan yang lebih manusiawi.