
APOTEKER klinis RS Pusat Otak Nasional Nurul Ulya menyarankan penderita penyakit Parkinson sebaiknya tidak putus minum obat untuk mengurangi keparahan gejala.
"Kalau putus obat jadi kambuh lagi, kaku otot, persendian jadi terganggu sehingga gejala Parkinsonnya tidak bisa tertangani dengan baik
jadi kalau bisa tidak putus obat," kata Nurul, dikutip Minggu (27/4).
Nurul mengatakan, obat yang diberikan pada pasien penyakit Parkinson harus diminum sesuai instruksi dokter dengan frekuensi 1 kali sehari artinya minum setiap 24 jam sekali, 2 kali sehari artinya 12 jam sekali, atau 3 kali sehari dengan jeda tiap 8 jam sekali.
Jika tidak sengaja lupa minum obat di jam yang telah ditentukan dokter, baiknya tetap diminum ketika ingat. Dan mengubah jam minum obatnya di waktu yang baru setelah 24 jam obat terakhir di konsumsi.
Nurul juga mengingatkan ada beberapa obat yang tidak boleh diminum bersamaan dengan makanan atau baiknya diminum saat perut kosong seperti levodopa karena bisa menyebabkan terganggunya efektivitas obat.
"Harus dalam keadaan perut kosong, levodopa dia akan berikatan dengan protein makanan jadi absorpsinya juga jadi terganggu. Otomatis, kalau bersamaan dengan makanan, absorpsinya jadi terganggu, efektivitasnya jadi terganggu. Baiknya dalam keadaan perut kosong 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan," paparnya.
Jika pasien Parkinson menggunakan selang makan, Nurul mengatakan sebaiknya konsultasikan lagi ke dokter untuk obat yang bisa dihaluskan dan yang tidak dan bisa mendapatkan terapi yang optimal untuk kondisi khusus pasien.
Ia menambahkan minum obat yang rutin dan teratur serta kontrol sesuai jadwal akan mencegah perburukan kondisi parkinson sehingga pasien
bisa kembali menjalani rutinitas seperti sedia kala dengan normal dan produktif serta dosis obat yang akan berkurang seiring perbaikan gejala. (Ant/Z-1)