
Umat lintas agama Provinsi Bali secara khusus mendoakan Paus Fransiskus pada Minggu (27/4/2025). Hadir dalam doa tersebut para pemuka agama dari masing-masing agama, umat atau jamaah, dan undangan lainnya. Mereka berasal dari berbagai latar belakang agama di Bali dan dengan satu Hati difasilitasi Yayasan Upaya Indonesia Damai (YUID) yang dilaksanakan di dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura Bali.
Acara digelar dengan sangat khusuk dan hening. Doa dipandu oleh para pemimpin agama masing-masing. Agama Katholik dipimpin oleh Saputra, Muslim dipimpin oleh Ilham Saputra, Hindu dipimpin oleh Jero Mangku I Made Sandya, dan Protestan dipimpin oleh Maria Nastiti. Semua umat lintas agama mengikuti semua doa dari agamanya masing-masing secara bergantian.
Suasana semakin khusuk ketika semua peserta yang hadir hanya dibagikan lilin dan dinyalakan. Seluruh peserta diminta untuk menundukkan kepala, hening, dan mendoakan Paus Fransiskus. Setelah hening beberapa saat lamanya, seluruh peserta diajak untuk menaruh lilin di dalam area instalasi hati yang sudah disiapkan oleh pihak penyelenggara.
Menaruh lilin dengan intensi masing-masing ke dalam instalasi hati merupakan simbol mewujudkan harapan Paus Fransiskus yang selalu menyapa manusia sebagaimana adanya dari berbagai belahan dunia. Ada pun instalasi tersebut merupakan hasil karya lebih dari 1.000 anak Indonesia dari berbagai wilayah di Tanah Air. Setelah itu seluruh peserta diajak untuk mengitari bentuk atau gambar hati di sisi barat lokasi acara.
Di sini terjadi momen menarik, di mana lokasi acara didatangi banyak burung merpati yang terbang mengitari lokasi doa bersama di KEK Kura Kura Bali. "Sepertinya alam semesta sedang bersama Sri Paus. Kita lihat lokasi ini tiba-tiba didatangi banyak burung terbang di atas lokasi acara," ujar pembawa acara sambil memandu saat pengambilan gambar.
Seluruh umat lintas agama hadir di paviliun bambu Three Mountains, Kura Kura Bali, mendoakan Paus Fransiskus. Mereka bersatu dalam semangat solidaritas dan perdamaian yang tinggi di tempat acara. "Paus Fransiskus adalah simbol persaudaraan dan perdamaian lintas umat beragama. Hari ini umat lintas agama berdoa di sini sebagai tempat atau simbol perdamaian juga. Di sini menerima semua umat lintas agama tanpa kecuali. Dari sini umat lintas agama menyerukan pentingnya menjaga toleransi dan cinta kasih di tengah keberagaman," ujar pembawa acara.
Perwakilan penyelenggara, Beau Reyhan Sinatria, menjelaskan, instalasi Hati yang diperlihatkan ke umat lintas agama terinspirasi dari Paus Fransiskus yang mampu memahami, menyelami manusia dari keutuhan jiwa dan raganya tanpa kecuali. "Tahun 2021, ketika dunia dilanda pandemi, Paus Fransiskus menyapa anak anak muda di seluruh dunia, dengan ucapan, apa kabarmu. Paus Fransiskus telah menginspirasi anak muda di dunia untuk memahami lebih dalam tentang dirinya, tanpa memandang suku, agama, ras dan golongan," ujarnya.
Inilah tema-tema yang dirakit dalam instalasi hati yang terinspirasi oleh hidup dan karya Paus Fransiskus yang menyapa manusia sebagaimana adanya.
Sinatria mengatakan, saat ini dunia telah kehilangan tokoh spiritual yang menginspirasi seluruh dunia. Paus Fransiskus memang telah meninggal, tetapi sudah meninggalkan jejak kasih, kedamaian, keteladanan, dalam memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan bagi seluruh umat manusia tanpa kecuali. Paus Fransiskus telah berhasil memperjuangkan pendidikan yang melampaui batas-batas agama, suku, ras dan golongan. Salah satu jejak warisan Paus Fransiskus di Indonesia adalah instalasi Hati yakni sebuah karya seni dari ruang kontemplatif, yang di dalamnya memiliki nilai kasih, dialog dan keterhubungan lintas agama dan budaya. "Bagi kami, Paus Fransiskus bukan hanya tokoh dan pemimpin spiritual gereja katolik tetapi menjadi pelita nilai keberagaman, inklusi dan cinta perdamaian. Dan kehadiran instalasi Hati adalah bukti nyata jejak Paus Fransiskus di Indonesia," tutupnya. (H-1)