1.139 Terluka, 25 Tewas akibat Ledakan di Pelabuhan Iran

10 hours ago 7
1.139 Terluka, 25 Tewas akibat Ledakan di Pelabuhan Iran Ledakan terjadi di Pelabuhan Shahid Rajaee di selatan Iran.(Anadolu)

LEBIH dari 1.100 orang mencari bantuan medis setelah ledakan di Kota Bandar Abbas, Provinsi Hormozgan. "Ada 1.139 permintaan bantuan medis," kata perwakilan resmi pemerintah Iran, Fatemeh Mohajerani, di media sosial X, Minggu (27/4).

Pada Sabtu (26/4), sebuah ledakan besar terjadi di pelabuhan Kota Bandar Abbas, Iran selatan, diduga akibat penyimpanan bahan kimia yang tidak benar. Menurut kantor berita IRNA, jumlah korban tewas akibat ledakan saat itu tercatat mencapai 14 orang.

Sehari kemudian, jumlah korban tewas akibat ledakan dahsyat yang mengguncang Pelabuhan Shahid Rajaee semakin bertambah. Sumber setempat menyatakan korban tewas menjadi 25 orang dari 14 orang yang sebelumnya dilaporkan.

Sebagai informasi, Pelabuhan Bandar Abbas memiliki peran strategis dan terletak di provinsi Hormozgan di selatan Iran, sekitar 15 kilometer (9,3 mil) sebelah barat daya dari Pelabuhan Bandar Abbas di pesisir utara Selat Hormuz.

Menurut media pemerintah, Bandar Abbas merupakan pusat peti kemas terbesar di Iran. Ledakan terjadi saat Iran memulai putaran ketiga perundingan nuklir dengan Amerika Serikat (AS) di Oman. Namun, tidak ada indikasi adanya hubungan antara kedua peristiwa tersebut.

Cepat menyebar
Laporan yang mengutip saksi mata setempat menyebutkan bahwa kebakaran kecil dengan cepat menyebar dan memicu ledakan akibat suhu udara dengan panas 40 derajat celsius dan menjalar ke timbunan bahan-bahan yang mudah terbakar.

Kebakaran terjadi sekitar pukul 12.00 siang waktu setempat (15:30 WIB) di area dermaga kontainer. Kantor berita semi-resmi Tasnim mengunggah rekaman orang-orang yang terluka di jalanan dan dirawat di tengah situasi panik.

Saluran berita resmi Iran menayangkan rekaman awan asap hitam dan jingga yang mengepul di atas pelabuhan setelah ledakan, dan sebuah gedung perkantoran dengan pintu-pintunya hancur dan kertas-kertas serta puing-puing berserakan di sekitarnya.

Ledakan tersebut memecahkan jendela dalam radius beberapa kilometer dan terdengar di Qeshm, sebuah pulau berlokasi 26 kilometer di selatan pelabuhan. Media pemerintah seperti dikutip The New Arab menyatakan banyak peti kemas beserta barang di dalamnya menjadi rusak,

The New York Times seperti dikutip oleh Sputnik, menyampaikan ledakan di Pelabuhan Shahid Rajaee, kemungkinan disebabkan oleh bahan bakar rudal padat.

Juru bicara organisasi manajemen krisis Iran, Hossein Zafari, menyalahkan penyimpanan bahan kimia yang buruk dalam kontainer di Shahid Rajaee sebagai penyebab ledakan. "Penyebab ledakan adalah bahan kimia di dalam kontainer," katanya kepada Kantor Berita IRNA.

"Sebelumnya, Direktur Jenderal Manajemen Krisis telah memberikan peringatan kepada pelabuhan ini selama kunjungan mereka dan telah menunjukkan kemungkinan adanya bahaya," lanjut Zafari.

Juru bicara pemerintah Iran Fatemeh Mohajerani mengatakan, penyebab pasti ledakan belum diketahui meski bahan kimia kemungkinan menjadi pemicu ledakan. "Masih terlalu dini untuk menentukannya," kata Mohajerani.

Presiden Iran Masoud Pezeshkian memerintahkan penyelidikan atas insiden tersebut. Ia langsung mengirim Menteri Dalam Negeri Iran Eskandar Momeni ke lokasi kejadian.

Momeni dalam kesempatan terpisah mengatakan upaya terus dilakukan untuk memadamkan api dan mencegahnya menyebar ke daerah lain. Menurut dia, 80% api telah padam pada kemarin pagi.

Serangkaian insiden mematikan telah melanda infrastruktur energi dan industri Iran dalam beberapa tahun terakhir. Tidak sedikit ledakan terjadi akibat faktor kelalaian. Insiden tersebut mencakup kebakaran kilang minyak, ledakan gas di tambang batu bara.

Insiden perbaikan darurat di Bandar Abbas yang menewaskan satu pekerja juga terjadi pada 2023. Namun, Iran juga kerap menyalahkan beberapa insiden lain pada musuh bebuyutannya, Israel, yang telah melakukan serangan di wilayah tersebut.

Kondisi WNI
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI menyampaikan semua WNI yang berada di Iran dalam keadaan aman dan selamat, tidak ada yang menjadi korban ledakan di pelabuhan di Bandar Abbas.

Juru Bicara Kemenlu Rolliansyah Soemirat mengatakan terdapat 385 WNI yang berada di Iran dan tidak ada yang tinggal di Bandar Abbas. “Sebagian besar mahasiswa tinggal di Qom dan banyak WNI lainnya tinggal di Tehran, ibu kota Iran,” mengutip pernyataan tersebut.

Rolliansyah menambahkan ada dua WNI yang bekerja sebagai Anak Buah Kapal (ABK) di Bandar Abbas, tahun lalu, tetapi mereka sudah kembali ke Indonesia.

KBRI Tehran telah berkoordinasi dengan otoritas di Iran dan komunitas WNI di berbagai wilayah di Iran untuk memastikan keselamatan mereka dan akan terus memantau kondisi WNI di Iran secara berkala. (Ant/I-1)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |