PBB Berang, Junta Myanmar Tetap Lancarkan Serangan setelah Gempa Dahsyat

2 days ago 7
PBB Berang, Junta Myanmar Tetap Lancarkan Serangan setelah Gempa Dahsyat Pemimpin junta militer Myanmar, Min Aung Hlaing, yang merebut kekuasaan dalam kudeta empat tahun lalu, di sebuah rumah sakit di ibu kota, Naypyidaw, Jumat (28/3).(Sai Aung Main/Agence France-Presse/Getty Images)

HANYA berselang kurang dari tiga jam setelah gempa dahsyat mengguncang yang telah menewaskan lebih dari 1.600 orang, junta militer Myanmar terus mengebom beberapa bagian negara yang dilanda perang itu.

PBB menggambarkan serangan itu sebagai hal yang sangat keterlaluan dan tidak dapat diterima. Pelapor Khusus PBB Tom Andrews mengatakan kepada BBC, “Sulit dipercaya militer (junta) terus menjatuhkan bom ketika Anda mencoba menyelamatkan orang."

Ia meminta rezim militer, yang merebut kekuasaan dalam kudeta hampir empat tahun lalu, untuk menghentikan semua operasi militer.

"Siapa pun yang memiliki pengaruh terhadap militer perlu meningkatkan tekanan dan menjelaskan dengan sangat jelas bahwa ini tidak dapat diterima," tegasnya. "Saya meminta junta untuk berhenti, menghentikan semua operasi militernya," imbuhnya.

BBC Burmese mengonfirmasi bahwa orang tewas dalam serangan udara di Naungcho di Negara Bagian Shan. Serangan ini terjadi sekitar pukul 15.30 waktu setempat, kurang dari tiga jam setelah gempa terjadi, Jumat (28/3).

Kelompok pemberontak prodemokrasi yang berjuang untuk menyingkirkan militer dari kekuasaan telah melaporkan pengeboman udara di kotapraja Chang-U di wilayah Sagaing di barat laut, pusat gempa. Ada juga laporan serangan udara di wilayah dekat perbatasan Thailand.

Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), yang mewakili pemerintahan sipil yang digulingkan, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa angkatan bersenjatanya akan memulai penundaan dua minggu operasi militer ofensif, kecuali untuk tindakan defensif, di wilayah yang terkena dampak gempa, mulai Minggu (30/3).

Gempa magnitudo 7,7 pada Jumat (28/3) terjadi setelah empat tahun perang saudara di Myanmar yang menyusul kudeta militer pada 2021.

Kudeta tersebut memicu protes besar-besaran, dengan ribuan orang turun ke jalan setiap hari, menuntut pemulihan pemerintahan sipil.

Junta, yang telah menderita kekalahan terus-menerus dan memalukan serta kehilangan sebagian besar wilayah, semakin mengandalkan serangan udara untuk menghancurkan perlawanan terhadap kekuasaannya.

Sebagian besar wilayah Sagaing, episentrum gempa, kini berada di bawah kendali kelompok perlawanan prodemokrasi.

Sementara itu, setelah menutup negaranya dari dunia luar selama empat tahun perang saudara, pemimpin junta militer Myanmar Min Aung Hlaing mengumumkan keadaan darurat.

Dalam penampilannya yang langka itu, Min Aung Hlaing menyampaikan, “Undangan terbuka bagi organisasi dan negara mana pun yang ingin datang dan membantu orang-orang yang membutuhkan di negara kita.” (BBC/B-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |