
DOSEN Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan dari Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Hempri Suyatna mengatakan, fenomena tagar #KaburAjaDulu mencerminkan sikap kritis dan sindiran generasi muda terhadap situasi sosial politik yang terjadi di Tanah Air saat ini.
Situasi di dalam negeri dianggap kurang menguntungkan. Negara juga dianggap kurang hadir di dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi rakyat. “Dalam konteks pengetahuan, misalnya ada kekhawatiran bahwa efisiensi anggaran akan menyebabkan masa depan Pendidikan terancam sehingga mendorong generasi muda untuk memilih ke luar negeri baik itu bekerja maupun menempuh studi,” kata Hempri, Kamis (20/2), di Daerah Istimewa Yogyakarta (UGM).
Namun, menurutnya, gelombang migrasi generasi muda ke luar negeri memiliki dua sisi dan tidak selamanya buruk. Pertama, tagar tersebut bisa menjadi peluang jika mereka yang pergi ke luar negeri dapat kembali ke Indonesia dan menyebarkan pengalaman yang didapat di luar negeri. “Saya kira diperlukan ekosistem dan dukungan yang menarik sehingga para diaspor yang di luar negeri dapat kembali ke Indonesia,” ujarnya.
Kedua, tagar tersebut bisa menjadi ancaman jika para diaspora Indonesia ini tidak kembali ke Tanah Air. Hengkangnya kaum intelektual ini yang disebut juga brain drain.
Kondisi tersebut, dalam jangka panjang, dapat memunculkan ketimpangan ekonomi dengan negara lain maupun lambatnya akselerasi pembangunan di Indonesia. “Ekosistem inovasi dan riset di Indonesia belum sepenuhnya baik. Baik dari insentif, gaji, dukungan regulasi, hak cipta dan sebagainya,” terang dia.
Hempri berpendapat, pemerintah harus memberi dukungan anggaran untuk hilirisasi riset dan inovasi, juga menggenjot pembukaan lapangan kerja. Kebijakan pemberian insentif dan apresiasi juga harus diberikan terhadap inovasi-inovasi pada generasi muda. (M-1)