
UNTUK merayakan Hari Bumi, Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) meluncurkan album "Suara Alam Nusantara", yang menampilkan rekaman suara alam asli dari berbagai ekosistem Indonesia. Melodi dalam album ini bukan sekadar musik, melainkan suara autentik dari hutan, laut, dan kehidupan liar Nusantara.
Peluncuran album ini merupakan bagian dari perayaan satu dekade perjalanan YKAN dalam upaya pelestarian lingkungan. Lebih dari sekadar karya artistik, album ini juga menjadi sarana edukatif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan alam Indonesia.
Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Kawasan Konservasi di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Nandang Prihadi, menekankan perlunya membangun persepsi baru tentang konservasi.
“Konservasi sering kali dipandang sebagai biaya, bukan manfaat langsung. Padahal, kekayaan sumber daya alam kita sangat besar, dan tenaga kerja di bidang konservasi masih sangat terbatas,” ujarnya.
Direktur Komunikasi YKAN, Priscilla Christin, mengungkapkan bahwa ide pembuatan album ini berawal dari pengalaman pribadi yang merasa terbantu oleh suara alam sebagai bentuk relaksasi. Ia kemudian berkolaborasi dengan kolektif kreatif Moonfolks untuk mewujudkan ide ini menjadi sebuah karya.
“Awalnya, saya sering mendengarkan suara alam untuk mengurangi stres. Lalu saya berpikir, kenapa tidak kita buat suara alam Indonesia sendiri?” ujar Juan, anggota Moonfolks.
Rekaman dilakukan dengan menggunakan alat akustik khusus dan beberapa trek direkam secara sederhana sebelum diedit untuk mengurangi gangguan noise, tanpa menghilangkan keaslian suara alam tersebut.
Album ini mencakup 10 trek suara yang berasal dari wilayah kerja YKAN, seperti Wakatobi, Merabu, Long Pelay, dan Teluk Semancing. Setiap trek menyuguhkan lanskap dan kekayaan suara alam yang berbeda-beda.
“Semoga album ini menjadi pengingat bahwa alam sudah memberikan begitu banyak, dan kini saatnya kita bersama-sama menjaga dan melestarikannya,” tutup Priscilla. (Z-10)