Presiden Bantah Ekonomi Bagus di Atas Kertas, Pengamat Beri Respons

5 hours ago 3
Presiden Bantah Ekonomi Bagus di Atas Kertas, Pengamat Beri Respons Suasana gedung perkantoran dengan permukiman warga di kawasan Jakarta, Selasa (11/2/2025).(MI/Susanto)

PRESIDEN Prabowo Subianto membantah anggapan bahwa ekonomi Indonesia hanya bagus di atas kertas. Merespons hal itu, ekonom dan pakar kebijakan publik UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, mengungkapkan bahwa pada kenyataannya, ekonomi Indonesia terus menurun secara struktural. 

Ia menyebut pemerintah terlalu percaya diri. "Ketergantungan terhadap harga komoditas, lemahnya permintaan domestik, dan lambatnya diversifikasi industri menjadi bukti bahwa narasi optimisme tidak cukup untuk menopang kinerja ekonomi," kata Achmad pada Rabu (23/4).

Selain itu, ia menilai bahwa suku bunga tinggi yang diterapkan untuk menahan arus keluar modal (capital flight) tidak cukup berhasil. Di sisi lain, kondisi rupiah terus melemah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terkoreksi tajam, dan investasi asing langsung mulai stagnan menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia dalam kondisi yang tidak baik.

"Sementara itu, sektor riil menghadapi kesulitan besar dalam mengakses kredit karena biaya pinjaman yang tinggi. Bank lebih memilih menempatkan dananya dalam Surat Berharga Negara (SBN) yang dianggap aman ketimbang menyalurkan kredit ke sektor produktif," ungkapnya.

Selain itu, laporan World Economic Outlook dari International Money Foundation (IMF) edisi April 2025 yang memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 5,1% menjadi 4,7% bukanlah kabar yang mengejutkan. 

"Pada 10 April 2025, kami telah mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini berisiko jatuh ke angka 4,2% bila tim ekonomi tidak cukup adaptif terhadap perubahan geopolitik global," kata Achmad.

Dengan kata lain, sambung dia, penurunan proyeksi IMF hanya menegaskan kekhawatiran bahwa ramuan kebijakan ekonomi Indonesia saat ini tidak cukup meyakinkan untuk membawa ekonomi nasional tumbuh di atas 5%.

Sebelumnya, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% dalam APBN 2025. World Bank memperkirakan 5,1% dan OECD di angka 4,9%. 

"Namun, perkembangan global yang tidak menguntungkan terutama kebijakan tarif agresif Presiden AS Donald Trump membuat angka-angka tersebut menjadi sekadar ilusi optimisme," tegasnya.

Dengan demikian, dirinya menempatkan pertumbuhan Indonesia hanya di kisaran 4,2% hingga 4,5%, bahkan berpotensi lebih rendah apabila respons kebijakan tetap pasif. (I-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |