Kerajaan Singasari: Sejarah dan Pengaruhnya di Indonesia

11 hours ago 6
 Sejarah dan Pengaruhnya di Indonesia Kerajaan Singasari(Edi)

Indonesia, negeri yang kaya akan warisan budaya dan sejarah, menyimpan berbagai kisah kerajaan-kerajaan besar yang pernah berjaya di masa lampau. Salah satu yang paling menarik untuk ditelusuri adalah Kerajaan Singasari, sebuah kekuatan maritim dan agraris yang namanya harum di abad ke-13. Kisah Singasari bukan hanya tentang raja-raja yang berkuasa, tetapi juga tentang dinamika politik, sosial, dan budaya yang membentuk identitas bangsa Indonesia.

Asal-Usul dan Pendirian Kerajaan Singasari

Kisah berdirinya Singasari penuh dengan intrik dan ambisi. Awalnya, Singasari hanyalah sebuah wilayah kecil bernama Tumapel, yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Kediri. Sosok yang kemudian menjadi pendiri Singasari adalah Ken Arok, seorang pemuda penuh talenta namun berlatar belakang yang kurang jelas. Legenda menyebutkan bahwa Ken Arok memiliki darah dewa dan ditakdirkan untuk menjadi raja besar. Namun, terlepas dari legenda, Ken Arok adalah sosok yang cerdas, berani, dan memiliki kemampuan kepemimpinan yang luar biasa.

Ken Arok memulai karirnya sebagai pengawal Tunggul Ametung, seorang akuwu (pejabat) Tumapel. Namun, ambisi Ken Arok membawanya untuk membunuh Tunggul Ametung dan menikahi istrinya, Ken Dedes. Ken Dedes sendiri adalah seorang wanita yang sangat cantik dan diyakini memiliki aura yang kuat. Menurut kitab Pararaton, siapa pun yang menikahi Ken Dedes akan menjadi raja besar. Pernikahan Ken Arok dengan Ken Dedes menjadi titik awal kebangkitan Singasari.

Setelah menguasai Tumapel, Ken Arok mulai merencanakan pemberontakan terhadap Kerajaan Kediri yang saat itu dipimpin oleh Kertajaya. Pemberontakan ini didukung oleh para brahmana yang merasa tidak puas dengan pemerintahan Kertajaya yang dianggap terlalu menekan mereka. Pada tahun 1222, terjadi pertempuran dahsyat antara pasukan Kediri dan pasukan Tumapel di dekat Ganter. Dalam pertempuran ini, pasukan Kediri berhasil dikalahkan dan Kertajaya melarikan diri. Kemenangan ini menandai berakhirnya kekuasaan Kerajaan Kediri dan berdirinya Kerajaan Singasari.

Setelah menjadi raja, Ken Arok bergelar Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi. Ia memindahkan pusat pemerintahan dari Tumapel ke Singasari, sebuah daerah yang lebih strategis dan subur. Ken Arok kemudian membangun dinasti baru yang akan memerintah Singasari selama beberapa generasi.

Masa Kejayaan Kerajaan Singasari

Kerajaan Singasari mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Kertanegara (1268-1292). Kertanegara adalah seorang raja yang visioner dan ambisius. Ia bercita-cita untuk menyatukan seluruh wilayah Nusantara di bawah kekuasaan Singasari. Untuk mencapai tujuan ini, Kertanegara melakukan berbagai ekspedisi militer ke berbagai daerah, seperti Bali, Kalimantan, dan Sumatera.

Ekspedisi Pamalayu adalah salah satu ekspedisi militer terbesar yang dilakukan oleh Kertanegara. Ekspedisi ini bertujuan untuk menaklukkan Kerajaan Melayu yang berpusat di Jambi. Keberhasilan Ekspedisi Pamalayu tidak hanya memperluas wilayah kekuasaan Singasari, tetapi juga meningkatkan pengaruh Singasari di kawasan Asia Tenggara. Kertanegara juga menjalin hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan lain, seperti Kerajaan Champa di Vietnam dan Kerajaan Mongol di Tiongkok.

Selain ekspansi wilayah, Kertanegara juga melakukan berbagai reformasi di bidang pemerintahan, ekonomi, dan agama. Ia mengganti sistem pemerintahan yang lama dengan sistem pemerintahan yang lebih modern dan efisien. Ia juga mendorong perkembangan perdagangan dan pertanian. Di bidang agama, Kertanegara berusaha untuk menyatukan berbagai aliran kepercayaan yang ada di masyarakat, seperti Hindu, Buddha, dan kepercayaan animisme. Ia sendiri menganut ajaran Tantrayana, sebuah aliran Buddha yang menekankan pada praktik-praktik spiritual yang mistis.

Masa pemerintahan Kertanegara ditandai dengan kemajuan di berbagai bidang. Singasari menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan yang penting di kawasan Asia Tenggara. Banyak pedagang dan cendekiawan dari berbagai negara datang ke Singasari untuk berdagang dan belajar. Kertanegara juga membangun berbagai candi dan monumen yang megah, seperti Candi Singasari dan Candi Jawi.

Kemunduran dan Kejatuhan Kerajaan Singasari

Meskipun mencapai puncak kejayaan, Kerajaan Singasari tidak luput dari berbagai masalah internal dan eksternal. Salah satu masalah internal yang paling serius adalah persaingan antara para bangsawan dan pejabat kerajaan. Banyak bangsawan dan pejabat yang merasa tidak puas dengan kebijakan Kertanegara yang dianggap terlalu otoriter. Mereka kemudian membentuk kelompok-kelompok oposisi yang berusaha untuk menggulingkan Kertanegara.

Selain masalah internal, Singasari juga menghadapi ancaman dari luar. Pada tahun 1293, pasukan Mongol yang dipimpin oleh Kubilai Khan datang ke Jawa untuk menuntut upeti kepada Kertanegara. Kertanegara menolak untuk membayar upeti dan bahkan menghina utusan Mongol. Hal ini membuat Kubilai Khan marah dan mengirimkan pasukan yang lebih besar untuk menyerang Singasari.

Pada saat yang sama, terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Jayakatwang, seorang adipati (bupati) Gelang-Gelang yang merupakan keturunan dari Kerajaan Kediri. Jayakatwang memanfaatkan situasi yang kacau untuk menyerang Singasari dari belakang. Pasukan Singasari yang sedang sibuk menghadapi pasukan Mongol tidak mampu menahan serangan Jayakatwang. Pada tahun 1292, Jayakatwang berhasil merebut Singasari dan membunuh Kertanegara. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Kerajaan Singasari.

Setelah merebut Singasari, Jayakatwang mendirikan kembali Kerajaan Kediri. Namun, kekuasaan Jayakatwang tidak berlangsung lama. Pada tahun 1293, pasukan Mongol yang datang untuk menuntut balas atas kematian Kertanegara berhasil mengalahkan Jayakatwang dan merebut Kediri. Pasukan Mongol kemudian membantu Raden Wijaya, menantu Kertanegara, untuk mendirikan Kerajaan Majapahit.

Peninggalan dan Pengaruh Kerajaan Singasari

Meskipun hanya berkuasa selama kurang lebih 70 tahun, Kerajaan Singasari meninggalkan banyak peninggalan dan pengaruh yang signifikan bagi sejarah Indonesia. Salah satu peninggalan yang paling terkenal adalah candi-candi yang megah, seperti Candi Singasari, Candi Jawi, dan Candi Kidal. Candi-candi ini merupakan bukti dari kemajuan seni dan arsitektur pada masa Singasari.

Selain candi, Singasari juga meninggalkan berbagai prasasti dan kitab-kitab kuno yang berisi informasi tentang sejarah, pemerintahan, dan kebudayaan Singasari. Beberapa kitab yang terkenal adalah Pararaton dan Negarakertagama. Kitab-kitab ini menjadi sumber utama bagi para sejarawan untuk mempelajari sejarah Singasari.

Pengaruh Singasari juga terasa dalam bidang politik dan kebudayaan. Kertanegara adalah raja pertama yang bercita-cita untuk menyatukan seluruh wilayah Nusantara di bawah satu kekuasaan. Cita-cita ini kemudian dilanjutkan oleh Kerajaan Majapahit yang berhasil mewujudkan persatuan Nusantara pada abad ke-14. Selain itu, Singasari juga berperan dalam penyebaran agama Hindu-Buddha di berbagai daerah di Indonesia.

Kerajaan Singasari adalah sebuah kerajaan yang penting dalam sejarah Indonesia. Kisah Singasari adalah kisah tentang ambisi, kekuasaan, dan pengorbanan. Peninggalan dan pengaruh Singasari masih terasa hingga saat ini dan menjadi bagian dari identitas bangsa Indonesia.

Raja-Raja yang Pernah Memerintah Singasari

Berikut adalah daftar raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Singasari:

No. Nama Raja Masa Pemerintahan
1. Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi (Ken Arok) 1222-1227
2. Anusapati 1227-1248
3. Tohjaya 1248-1249
4. Wisnuwardhana 1249-1268
5. Kertanegara 1268-1292

Struktur Pemerintahan Kerajaan Singasari

Struktur pemerintahan Kerajaan Singasari pada dasarnya mengikuti model pemerintahan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Jawa pada masa itu. Raja adalah pemegang kekuasaan tertinggi dan dianggap sebagai titisan dewa. Raja dibantu oleh sejumlah pejabat tinggi yang bertugas untuk menjalankan pemerintahan sehari-hari.

Beberapa jabatan penting dalam pemerintahan Singasari antara lain:

  • Rakryan Mahamantri Katrini: Jabatan ini setara dengan perdana menteri dan merupakan pejabat tertinggi setelah raja.
  • Rakryan Mantri Hino: Pejabat yang bertanggung jawab atas urusan dalam negeri.
  • Rakryan Mantri Sirikan: Pejabat yang bertanggung jawab atas urusan luar negeri.
  • Rakryan Mantri Halu: Pejabat yang bertanggung jawab atas urusan keagamaan.
  • Dharmadyaksa: Pejabat yang bertanggung jawab atas urusan hukum.

Selain pejabat-pejabat tinggi tersebut, terdapat juga sejumlah pejabat yang lebih rendah yang bertugas untuk mengurus berbagai bidang pemerintahan, seperti ekonomi, pertanian, dan militer. Wilayah kerajaan dibagi menjadi beberapa daerah yang dipimpin oleh seorang adipati (bupati). Para adipati bertanggung jawab kepada raja dan bertugas untuk mengumpulkan pajak dan menjaga keamanan di wilayah masing-masing.

Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Singasari

Masyarakat Singasari terdiri dari berbagai lapisan sosial, mulai dari raja dan para bangsawan hingga rakyat jelata. Raja dan para bangsawan memiliki kedudukan yang paling tinggi dan memiliki hak-hak istimewa. Rakyat jelata sebagian besar bekerja sebagai petani dan pedagang.

Ekonomi Singasari didasarkan pada pertanian dan perdagangan. Pertanian merupakan sumber utama penghidupan masyarakat. Masyarakat Singasari menanam berbagai jenis tanaman, seperti padi, jagung, dan rempah-rempah. Perdagangan juga merupakan kegiatan ekonomi yang penting. Singasari menjalin hubungan dagang dengan berbagai daerah di Nusantara dan negara-negara lain di Asia Tenggara.

Masyarakat Singasari juga memiliki kebudayaan yang kaya dan beragam. Seni dan arsitektur berkembang pesat pada masa Singasari. Hal ini dapat dilihat dari candi-candi yang megah dan berbagai artefak seni yang ditemukan di situs-situs arkeologi Singasari.

Agama dan Kepercayaan Masyarakat Singasari

Agama dan kepercayaan masyarakat Singasari merupakan campuran antara Hindu, Buddha, dan kepercayaan animisme. Hindu dan Buddha masuk ke Indonesia sejak abad ke-4 dan kemudian berkembang pesat di berbagai kerajaan di Jawa, termasuk Singasari. Kepercayaan animisme merupakan kepercayaan asli masyarakat Indonesia yang menyembah roh-roh nenek moyang dan kekuatan alam.

Kertanegara berusaha untuk menyatukan berbagai aliran kepercayaan yang ada di masyarakat. Ia sendiri menganut ajaran Tantrayana, sebuah aliran Buddha yang menekankan pada praktik-praktik spiritual yang mistis. Kertanegara juga membangun berbagai candi dan monumen yang dipersembahkan untuk berbagai dewa dan dewi Hindu dan Buddha.

Kerajaan Singasari dalam Perspektif Sejarah

Kerajaan Singasari merupakan sebuah kerajaan yang penting dalam sejarah Indonesia. Singasari berhasil mengalahkan Kerajaan Kediri dan mendirikan sebuah dinasti baru yang berkuasa selama beberapa generasi. Kertanegara adalah raja yang visioner dan ambisius yang bercita-cita untuk menyatukan seluruh wilayah Nusantara di bawah kekuasaan Singasari. Meskipun cita-cita ini tidak berhasil diwujudkan pada masa Singasari, namun cita-cita ini kemudian dilanjutkan oleh Kerajaan Majapahit.

Kejatuhan Singasari akibat serangan dari Jayakatwang dan pasukan Mongol membuka jalan bagi berdirinya Kerajaan Majapahit. Raden Wijaya, menantu Kertanegara, berhasil memanfaatkan situasi yang kacau untuk mendirikan Majapahit dan melanjutkan cita-cita Kertanegara untuk menyatukan Nusantara.

Peninggalan dan pengaruh Singasari masih terasa hingga saat ini dan menjadi bagian dari identitas bangsa Indonesia. Candi-candi yang megah, prasasti-prasasti kuno, dan kitab-kitab kuno menjadi bukti dari kemajuan peradaban Singasari. Kisah Singasari adalah kisah tentang keberanian, ambisi, dan pengorbanan yang patut untuk dikenang dan dipelajari.

Kesimpulan

Kerajaan Singasari, meskipun relatif singkat dalam rentang waktu kekuasaannya, memegang peranan krusial dalam lanskap sejarah Indonesia. Dari pemberontakan Ken Arok yang legendaris hingga ambisi Kertanegara untuk menyatukan Nusantara, Singasari meninggalkan jejak yang tak terhapuskan. Warisan budayanya, tercermin dalam candi-candi megah dan prasasti-prasasti kuno, terus menginspirasi dan memberikan wawasan berharga tentang masa lalu. Kisah Singasari bukan hanya sekadar catatan sejarah, tetapi juga cerminan dari dinamika politik, sosial, dan budaya yang membentuk identitas bangsa Indonesia. Memahami Singasari berarti memahami akar dari peradaban yang kaya dan kompleks, yang terus relevan hingga saat ini. (Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |