
KEMENTERIAN Kesehatan mengatakan penularan demam berdarah dengue (DBD) usai terjadinya bencana banjir dapat dicegah melalui langkah-langkah yang tepat, terutama dalam menghindari genangan air yang tertampung di permukaan wadah atau jalan.
"Pastikan kita menjaga kebersihan ya, cuci tangan dan kaki dengan sabun dan air bersih setelah terkena air banjir. Terpenting adalah hindari genangan air," kata Direktur Penyakit Menular Kemenkes Ina Agustina Isturini, Rabu (12/3).
Ina mengatakan sebagai bentuk pencegahan yang paling penting, tempat tinggal warga perlu dipastikan tidak ada satu genangan air pun, terutama pada tempat penampungan air.
Jika ada air yang menggenang, segera bersihkan tempat penampungan air dengan mengurasnya dan menutup wadah guna mencegah nyamuk berkembang biak di dalamnya.
Masyarakat dapat memanfaatkan bantuan dari tanaman dan hewan alami yang dapat mengusir nyamuk seperti lavender dan ikan cupang yang dapat memakan jentik nyamuk.
Pastikan pula saluran dan talang air berfungsi dengan baik agar tidak menjadi tempat berkembangnya nyamuk. Hal ini dapat dilakukan dengan menggelar gotong royong rutin bersama warga sekitar untuk mencegah penyebaran nyamuk.
Pada bagian dalam rumah, Ina menyarankan agar masyarakat memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi untuk mencegah nyamuk masuk. Kalaupun ingin menggunakan obat nyamuk, pastikan untuk memilih obat nyamuk semprot atau oles yang sudah terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
"Saat beraktivitas di luar rumah, gunakan pakaian lengan panjang dan kaus kaki untuk mengurangi risiko gigitan nyamuk. Jangan lupa untuk
mengonsumsi makanan bergizi dan vitamin untuk meningkatkan imunitas tubuh," kata dia.
Di sisi lain, Kementerian Kesehatan ikut mencegah penularan DBD di tengah masyarakat dengan dikeluarkannya Surat Edaran (SE) Nomor HK.02.02/C/261/2025 tentang Kewaspadaan Peningkatan Kasus Demam Berdarah Dengue dan Cikungunya Tahun 2025 dan menyosialisasikannya.
Di dalamnya mencakup dilakukannya promosi kesehatan pada masyarakat dan institusi untuk melaksanakan PSN 3 M plus (menguras, menutup, mendaur ulang) dan kegiatan lain satu minggu satu kali secara serentak dan terus menerus untuk mencegah penularan infeksi dengue melalui Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J).
"Kegiatan ini harus menjadi gerakan masyarakat yang masif, terorganisir, terukur dan berkesinambungan," ujarnya.
Kementerian Kesehatan juga melakukan edukasi pada masyarakat melalui berbagai media untuk pencegahan, pengenalan tanda-tanda bahaya, serta bagaimana melakukan penanganan mandiri di rumah.
Dinas Kesehatan bersama lintas program terkait juga disiagakan untuk merespons cepat terhadap laporan kasus dengue.
Buffer logistik seperti rapid diagnostic test, larvasida dan insektisida juga disiapkan untuk didistribusikan ke daerah sesuai
kebutuhan.
Terakhir, Ina menyebut pemerintah sudah memanfaatkan teknologi nyamuk aedes aegipty Wolbachia yang dalam penelitian di Yogyakarta dan di negara negara lain yakni Brasil, Australia hingga Vietnam dan terbukti efektif untuk pencegahan dengue.
"Pada pilot project di Jogyakarta, mampu menurunkan 77% kejadian dengue dan mengurangi lama rawat inap rumah sakit sebesar 86%. Teknologi <i>Wolbachia</i> ini hadir sebagai pelengkap program pengendalian dengue yang sudah ada dan saat ini sedang dilakukan implementasi Wolbachia di lima kota yaitu di Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang dan Kota Kupang," pungkas dia. (Ant/Z-1)