
PSIKOLOG Nena Mawar Sari mengungkapkan bahwa peran serta dukungan keluarga dan orang-orang terdekat menjadi hal yang krusial bagi ibu setelah melahirkan, terutama bagi kesehatan mental.
"Apa yang biasanya harus dilakukan adalah tentunya dukungan dari pasangannya, keluarganya," ujar Nena, dikutip Rabu (16/7).
Psikolog klinis dan hipnoterapis di Poli Psikiatri RSUD Wangaya Kota Denpasar itu menjelaskan bahwa kondisi ibu setelah melahirkan bisa saja mengalami baby blues dan postpartum depression.
Baby blues merupakan kondisi yang terjadi akibat perubahan hormon, kelelahan serta mempersiapkan diri untuk beradaptasi dengan peran
baru sebagai ibu.
Dari sisi durasi, ia menjelaskan bahwa durasi baby blues singkat dan gangguan emosional bersifat sementara dengan durasi antara tiga
hingga lima hari dan akan hilang maksimal selama dua minggu.
Ciri-ciri dari baby blues adalah sering sedih tanpa alasan yang jelas, emosional mudah turun atau mudah tersinggung, mudah cemas, diiringi
rasa kewalahan perhatian suasana hati secara cepat atau mood swing, dan sulit tidur yang menetap. Ia menyarankan, istirahat yang cukup diperlukan bagi ibu yang menghadapi kondisi ini.
Perempuan yang juga praktik di Klinik Bali Psikologi pun menyerukan bagi keluarga atau kolega yang membesuk ibu usai melahirkan juga dapat fokus pada sang ibu tak hanya pada bayi yang baru dilahirkan, hal ini sebagai bentuk dukungan bagi sang ibu.
"Belum lagi misalkan komentar-komentar sehubungan dengan fisiknya bayinya atau fisik ibunya, nah itu juga bisa berdampak suasana hati yang lebih sensitif, memberikan kontribusi suasana hati yang lebih sensitif kepada ibunya," tambah dia.
Sementara itu, postpartum depression atau depresi pascamelahirkan memiliki durasi yang lebih lama, bahkan perasaan sedih yang mendalam akan hadir secara terus-menerus, lebih dari 4 minggu atau bahkan berbulan-bulan.
Ciri-cirinya yakni kehilangan minat, tidak ingin bertemu orang, merasa tidak mampu jadi ibu yang baik, sulit tidur terlalu banyak, terlalu lama, benci dengan bayi.
"Bahkan kadang-kadang berpikir untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya, dan perasaan juga yang tidak guna, curiga dengan pasangan, dan lain sebagainya," ungkap Nena.
Kondisi depresi pascamelahirkan membutuhkan penanganan dan tidak diabaikan, yakni dengan berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater agar mendapatkan penanganan tepat sesuai dengan kondisi ibu termasuk bila ibu tengah menyusui.
Selain dukungan keluarga atau orang terdekat, ia juga menyarankan agar seorang ibu yang telah melahirkan untuk mengurangi membandingkan tentang sosok ibu melahirkan yang dilihat di sosial media yang dianggap cantik, ideal dan lainnya.
"Tapi kan kenyataannya dalam keseharian ibu yang melahirkankan mungkin aja nggak kembali badannya. Perlu waktulah kembali badannya untuk bisa ideal, kemudian juga bisa dandan dan lain sebagainya," pungkasnya. (Ant/Z-1)