
PENCAIRAN gletser akibat perubahan iklim dapat memicu letusan gunung api yang lebih sering dan lebih eksplosif, serta memperparah krisis iklim itu sendiri. Peringatan ini disampaikan oleh para ilmuwan dalam sebuah studi baru yang akan dipresentasikan pada Konferensi Geokimia Goldschmidt 2025 di Praha, Rabu (8/7).
Ratusan gunung berapi di wilayah seperti Antartika, Rusia, Selandia Baru, dan Amerika Utara tersembunyi di bawah lapisan es. Namun, saat gletser mencair dan menyusut akibat pemanasan global, tekanan yang sebelumnya menahan aktivitas vulkanik pun hilang—membuka peluang letusan yang lebih kuat.
“Gletser menekan volume letusan. Tapi saat es mencair, tekanan pada kerak bumi berkurang, dan ini bisa memicu letusan yang lebih sering dan lebih dahsyat,” ujar Pablo Moreno Yaeger, penulis utama studi dan mahasiswa pascasarjana di University of Wisconsin-Madison.
Pelajaran dari Zaman Es dan Gunung Berapi Cile
Untuk menguji hipotesis ini, tim peneliti mempelajari enam gunung api di selatan Cile, termasuk Mocho-Choshuenco yang kini tidak aktif, dan bagaimana responsnya terhadap mencairnya Lapisan Es Patagonia ribuan tahun lalu.
Dengan meneliti peluruhan isotop argon dari batuan vulkanik dan kristal-kristal dalam magma, tim menemukan selama puncak zaman es antara 26.000–18.000 tahun lalu, lapisan es tebal menekan aktivitas vulkanik di wilayah tersebut. Akibatnya, magma menumpuk di bawah permukaan. Ketika lapisan es mencair, tekanan dalam kantung magma melonjak—dan akhirnya meletus membentuk gunung api.
Fenomena ini tak hanya terjadi di Cile. Studi pada 2020 mencatat 245 gunung api aktif secara potensial berada di bawah atau dekat (dalam radius 5 km) lapisan es global.
“Yang berbahaya adalah ketika lapisan es yang sangat tebal mulai surut, karena pelepasan tekanan itulah yang menjadi pemicu letusan,” jelas Moreno Yaeger. Saat ini, kondisi serupa sedang terjadi di Antartika dan wilayah lain seperti Amerika Utara, Rusia, dan Selandia Baru.
Dampak Ganda: Pendinginan Jangka Pendek, Pemanasan Jangka Panjang
Letusan gunung berapi biasanya melepaskan aerosol sulfat yang dapat memantulkan sinar matahari dan menyebabkan pendinginan jangka pendek—bahkan pernah memicu bencana kelaparan besar. Namun, dalam jangka panjang, emisi gas rumah kaca dari letusan justru akan mempercepat pemanasan global.
“Letusan yang berulang bisa menciptakan efek domino. Gletser mencair memicu letusan, dan letusan melepaskan gas rumah kaca yang mempercepat pencairan es berikutnya,” tambah Moreno Yaeger.
Temuan ini menyoroti potensi ancaman baru dalam krisis iklim: ketika perubahan iklim tak hanya menjadi akibat, tetapi juga pemicu dari bencana geologi berskala global. (Live Science/Z-2)