
PARA pemimpin negara-negara Uni Eropa (UE) menggelar pertemuan darurat di Brussels pada Kamis (6/3) waktu setempat atau Jumat WIB. Hasilnya, Eropa sepakat untuk memperkuat pertahanan sendiri.
Keputusan itu diambil demi mengantisipasi ancaman Rusia sekaligus merespons berpalingnya AS yang di bawah kepemimpinan Donald Trump terang-terangan memusuhi Eropa.
"Kita berada di era persenjataan kembali dan Eropa siap untuk secara besar-besaran meningkatkan pengeluaran pertahanannya," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen usai penutupan pertemuan.
"Keduanya menanggapi urgensi jangka pendek untuk bertindak dan mendukung Ukraina tetapi juga untuk mengatasi kebutuhan jangka panjang untuk mengambil lebih banyak tanggung jawab atas keamanan Eropa kita sendiri," imbuhnya.
Presiden AS Donald Trump berulang kali menyebut bakal membiarkan Eropa terombang-ambing untuk menghadapi ancaman Rusia sendirian. Sebab itu, Eropa memutuskan meningkatkan keamanan mereka sendiri dan memastikan perlindungan masa depan bagi Ukraina.
Sebanyak 27 pemimpin negara di Uni Eropa memutuskan komitmen tersebut. Mereka akan bekerja sama untuk memperkuat pertahanan di benua biru itu dan menggelontorkan ratusan miliar euro.
Janji tersebut menggarisbawahi perubahan besar dalam geopolitik Barat yang dipecahkan oleh Trump. Pasalnya, AS selalu menjadi sekutu dan membantu melindungi negara-negara Eropa sejak setelah Perang Dunia II.
Uni Eropa akan melonggarkan pembatasan anggaran sehingga negara-negaranya bisa meningkatkan pengeluaran militer. Komisi Eropa juga dituntut untuk mencari cara-cara baru memfasilitasi pengeluaran pertahanan yang bakal sedemikian besar di semua negara anggota.
Cabang eksekutif Uni Eropa memerkirakan ada dana sekitar 650 miliar euro (setara Rp11.480 triliun) yang dapat dialokasikan. Skemanya bisa berupa pinjaman untuk membeli peralatan militer baru. (I-2)