
KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) dalam Surat Edaran mengenai kewaspadaan lonjakan covid-19 menyebut varian dominan yang beredar di Indonesia adalah MB.1.1. Trennya menunjukkan penurunan kasus konfirmasi mingguan, dari 28 kasus pada minggu ke-19 menjadi 3 kasus pada minggu ke-20 (positivity rate 0,59%).
Sementara peningkatan kasus covid-19 mengalami peningkatan di beberapa negara di kawasan Asia, yaitu Thailand, Hongkong, Malaysia, maupun Singapura.
Adapun varian covid-19 dominan yang menyebar di Thailand adalah XEC dan JN.1, di Singapura LF.7 dan NB.1.8 (turunan JN.1), di Hong Kong JN.1, dan di Malaysia XEC (turunan JN.1).
Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menyebut berbagai varian covid-19 itu kemungkinan sudah masuk ke Indonesia. Hal itu tidak terlepas dari mobilitas manusia yang begitu tinggi saat ini.
Namun, varian maupun subvarian virus-virus itu tidak lagi mematikan karena sebagian masyarakat sudah divaksinasi.
"Jelas vaksin itu efektif karena dengan fakta bahwa apa pun subvariannya saat ini ya tidak mematikan dan tidak membuat parah. Jadi kalau ada yang mengatakan vaksinnya tidak efektif ya kita tidak akan seperti ini, kita akan terus melihat kematian-kematian," katanya kepada Media Indonesia, Rabu (4/6).
Direktur Pascasarjana Universitas Yarsi dan Adjunct Professor Griffith University Tjandra Yoga Aditama menyampaikan, sejak awal 2025 varian covid-19 sudah berubah.
"Sirkulasi varian LP.8.1 sudah menurun dan ada peningkatan varian NB.1.8.1. Oleh WHO, varian itu digolongkan sebagai Variant Under Monitoring (VUM) yang angkanya mencapai 10,7% secara global. Kita belum dapat informasi tentang varian ini di negara kita," ungkapnya dalam keterangan yang diterima, Rabu (4/6). (I-2)