Ilustrasi Suasana Kawasan bisnis dengan Gedung perkantoran di Kawasan Jakarta(MI/Susanto)
KETUA Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani menyatakan pertumbuhan ekonomi kuartal III 2025 sebesar 5,04% (yoy) menunjukkan Indonesia berhasil menjaga momentum pertumbuhan di atas 5% untuk dua kuartal berturut-turut.
"Meski sedikit lebih rendah dibanding kuartal II 2025 yang mencapai 5,12%, capaian ini tetap patut diapresiasi karena terjadi di tengah pola musiman dua tahun terakhir (2023 dan 2024), yakni kuartal III yang biasanya cenderung melemah dibanding kuartal sebelumnya, sehingga ekonomi kita mulai lebih stabil dan resilien terhadap siklus tahunan," kaya Shinta saat dihubungi, Rabu (5/11).
Saat ini, sambung Shinta, dunia usaha melihat 'green shoots of recovery' mulai muncul. Hal itu terlihat dari aktivitas industri bergerak naik, dan investasi menunjukkan gairah baru. Salah satu indikator penting adalah PMI yang kembali menembus zona ekspansi sejak kuartal III 2025 (terakhir di level 51,2 pada Oktober), setelah lima bulan sebelumnya berada di area kontraksi.
"Ini menandai 'turning point' bahwa roda produksi berputar lagi dengan ritme yang lebih sehat. Lebih lanjut, investasi meningkat dari Rp477 triliun pada kuartal II menjadi Rp491 triliun pada kuartal III, yang menunjukkan rising business confidence terhadap prospek jangka menengah ekonomi Indonesia. Dunia usaha kini melihat arah kebijakan yang lebih pasti dan stabilitas makro yang lebih terjaga," terang Shinta.
Bagi dunia usaha, tambah dia, capaian pertumbuhan di atas 5% dalam dua kuartal terakhir menjadi sinyal bahwa fundamental ekonomi Indonesia cukup solid, meskipun tekanan eksternal masih ada.
Selain itu, Shinta juga menilai kinerja ekonomi pada kuartal III juga menunjukkan bahwa dua motor utama pertumbuhan (konsumsi domestik dan ekspor) masih mampu menjaga daya dorong ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi.
Dari sisi ekspor, pertumbuhan 9,9% (yoy) di kuartal ini juga mempertahankan surplus neraca perdagangan hingga 65 bulan berturut-turut, menegaskan ketahanan sektor eksternal. Nilai ekspor barang yang mencapai US$74,39 miliar pada kuartal ini menunjukan signal of trust terhadap kemampuan industri nasional menjaga kualitas dan kontinuitas pasokan.
Sementara itu, dari sisi konsumsi domestik, pertumbuhan juga tercatat 4,89% (yoy) di kuartal III, sedikit melambat dari kuartal II yang sebesar 4,97%.
Namun demikian, pemulihan konsumsi ini belum sepenuhnya merata. Beberapa indikator kunci masih menunjukkan kehati-hatian pelaku ekonomi. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) misalnya, cenderung menurun pada kuartal III dari level 121,7 pada April menjadi 117,2 di Agustus dan 115 di September.
"Ini menjadi pengingat bahwa meski konsumsi mulai pulih, sentimen konsumen masih cenderung berhati-hati," ujarnya.
Lebih lanjut, Shinta menyampaikan bahwa dunia usaha mengapresiasi langkah pemerintah melalui paket stimulus ekonomi 8+4+5 dan penurunan suku bunga acuan lima kali sepanjang tahun ini. Kedua kebijakan ini menjawab kebutuhan ganda yakni menjaga daya beli masyarakat (demand side) sekaligus memperkuat kapasitas produksi dan investasi (supply side).
"Saat ini yang paling dibutuhkan adalah kecepatan transmisi kebijakan ke sektor riil agar dampak pelonggaran moneter dan stimulus fiskal benar-benar terasa di lapangan. Dunia usaha akan tetap patience and precision, bersabar menunggu dampaknya, namun memastikan kebijakan berjalan tepat sasaran," imbuhnya.
Namun, untuk menjaga momentum pemulihan menuju 2026 dan memastikan ekonomi siap memasuki fase lompatan ekonomi, Indonesia tetap membutuhkan structural push yang bertumpu pada tiga prioritas besar. Pertama, kepastian berusaha melalui predictability dan regulatory clarity, kedua Efisiensi Cost of Doing Business (biaya logistik, energi, dll) yang masih menjadi structural drag bagi daya saing industri. Ketiga, penguatan daya beli masyarakat.
"Tiga langkah strategis ini merupakan 'policy trinity' yang saling melengkapi. Dengan 'policy trinity' ini, dunia usaha optimistis Indonesia akan mampu menjaga momentum pemulihan menuju 2026 dan akan memasuki fase ekspansi yang lebih kuat di tahun depan," tandasnya. (Fal/E-1)


















































