Donald Trump Cap Volodymyr Zelenskyy Diktator tanpa Pemilu

3 weeks ago 19
Donald Trump Cap Volodymyr Zelenskyy Diktator tanpa Pemilu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.(Anadolu)

PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump melontarkan kritik kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy sebagai diktator tanpa pemilu.

Dalam kritik yang dilontarkan di platform Truth Social, Trump juga mempertanyakan legitimasi Zelenskyy sebagai Presiden Ukraina. Jabatan Zelenskyy sedianya berakhir tahun lalu namun diperpanjang atas pertimbangan darurat militer.

Trump menuduh Zelenskyy menolak mengadakan pemilu di Ukraina, yang telah dijadwalkan pada April 2024 tetapi ditunda setelah Rusia menginvasi pada tahun 2022.

Trump mencela Zelenskyy sebagai seorang pelawak yang cukup sukses membujuk AS menghabiskan US$350 miliar, untuk terlibat dalam perang yang tidak mungkin dimenangkannya.

"Satu-satunya hal yang (Zelenskyy) kuasai adalah mempermainkan (mantan Presiden AS Joe) Biden seperti 'biola' untuk mendapatkan lebih banyak bantuan militer," kata Trump

“Saya cinta Ukraina,” sebut Trump seperti dilansir dari VOA News, Kamis (20/2).

"Tetapi Zelenskyy telah melakukan pekerjaan yang buruk, negaranya hancur, dan Jutaan orang telah meninggal dengan sia-sia. Dan ini terus berlanjut,” tambah Trump.

Kecaman Trump terhadap Zelensky muncul setelah pemimpin Ukraina minggu ini mengungkapkan kemarahannya akibat tak diikutkan Ukraina dalam perundingan diplomatik tingkat tinggi AS-Rusia pada hari Selasa di Arab Saudi.

Kedua negara yang telah lebih dari empat jam berdiskusi mengatakan sepakat untuk segera bertemu lagi, untuk menemuka cara mengakhiri perang di Ukraina.

Sementara Zalenskyy menyatakan kekhawatiran bahwa Trump mencoba mengakhiri perang dengan persyaratan yang lebih menguntungkan Moskow daripada Kyiv.

Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan senang dengan hasil pembicaraan dengan AS tetapi negaranya perlu membangun kepercayaan dengan Washington sebelum perang dapat diselesaikan.

Putin menilai diskusi tersebut sangat baik dan menyatakan hal tersebut merupakan langkah pertama dalam memperbaiki hubungan yang penuh pertikaian antara Moskow dan Washington.

Namun, ia menambahkan tidak mungkin menyelesaikan banyak masalah, termasuk krisis Ukraina, tanpa meningkatkan tingkat kepercayaan antara Rusia dan Amerika Serikat.

Putin mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi bahwa ia ingin mengadakan pertemuan puncak dengan Presiden AS Donald Trump, tetapi pertemuan tersebut perlu dipersiapkan agar menghasilkan hasil.

Pembicaraan Rubio-Lavrov adalah diskusi penting pertama antara kedua negara adidaya itu dalam lebih dari tiga tahun setelah invasi Rusia ke Ukraina dan upaya Barat yang dipimpin AS untuk mempersenjatai pasukan Kyiv guna menangkis serangan itu.

"Saya diberi pengarahan (tentang pembicaraan itu). Saya menilai pembicaraan itu sangat bagus, ada hasilnya," kata Putin seperti dikutip kantor berita Interfax di sebuah pabrik pesawat nirawak di Saint Petersburg.

"Menurut pendapat saya, kami telah mengambil langkah pertama untuk memulihkan pekerjaan di berbagai bidang yang menjadi kepentingan bersama," ujarnya.

Baik pejabat Ukraina maupun Eropa tidak hadir di meja perundingan di istana Saudi, tetapi AS mengatakan mereka akan terlibat dalam negosiasi mendatang untuk mencoba mengakhiri konflik paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia II.

Rusia gagal mengambil alih seluruh Ukraina pada tahap awal perang tetapi sekarang menguasai sekitar seperlima wilayah Ukraina yang diakui secara internasional. Zelenskyy telah berulang kali mengatakan negaranya tidak akan menerima penyelesaian konflik yang didiktekan AS-Rusia. (Fer/I-1)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |