Dokter Marwan Al Sultan Gugur, Sistem Kesehatan Gaza Kehilangan Pilar Utama

4 hours ago 4
Dokter Marwan Al Sultan Gugur, Sistem Kesehatan Gaza Kehilangan Pilar Utama Dokter Marwan Al Sultan Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara yang tewas akibat serangan Israel(Sosial media X)

DIREKTUR Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara, dr. Marwan Al Sultan, gugur dalam serangan udara Israel yang menghantam apartemen tempat ia tinggal bersama keluarganya di Gaza City, Palestina, Rabu (2/7). 

Menurut pernyataan pejabat medis setempat, serangan tersebut juga menewaskan istri, anak perempuan, dan saudara perempuan dr. Marwan.

Rumah Sakit Indonesia merupakan salah satu fasilitas medis terbesar dan terpenting di Gaza utara. Selama hampir 21 bulan konflik, rumah sakit ini menjadi tempat bergantung bagi ribuan warga sipil yang terluka akibat kekerasan yang terus berlangsung.

“Dia terus melawan. Sampai detik terakhir, saat-saat terakhir,” kata keponakannya, Diaa Al-Najjar, kepada CBC News, Kamis (3/7).

"Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita," tambahnya.

Kepala departemen keperawatan RS Indonesia, Issam Nabhan menyebut kondisi jenazah dr. Marwan dan keluarganya dalam kondisi mengenaskan saat tiba di Rumah Sakit Al-Shifa. 

“Gaza kehilangan seorang pria dan dokter yang hebat. Dia tidak pernah meninggalkan rumah sakit sejak perang dimulai, dan mendesak kami untuk tinggal dan memberikan bantuan kemanusiaan. Kami tidak tahu apa yang telah dia lakukan hingga pantas dibunuh," katanya.

Sebelumnya, pasukan Israel mengepung RS Indonesia pada Mei lalu, memaksa evakuasi rumah sakit tersebut bersama dua rumah sakit besar lainnya di Gaza utara. Israel mengklaim serangan saat itu ditujukan pada infrastruktur Hamas. 

Namun, kelompok bantuan seperti Médecins Sans Frontieres (MSF) menuduh Israel secara sistematis menargetkan rumah sakit dan tenaga medis.

Munir Al-Barash, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, mengungkapkan bahwa dr. Marwan adalah salah satu dari ratusan pekerja medis yang menjadi korban sejak konflik memanas. 

“Dr. Marwan Al-Sultan dikepung (tentara Israel) di Rumah Sakit Indonesia dan dia bersikeras melanjutkan operasi dan tidak berhenti,” kata Al-Barash kepada CBC News. 

“(Militer) Israel menargetkan tokoh medis,” tambahnya.

Menurut data terbaru dari Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 1.500 tenaga medis tewas sejak Oktober 2023. Korban jiwa keseluruhan akibat agresi Israel telah melebihi 57.000 orang, dengan tambahan 142 jenazah dilaporkan masuk ke rumah sakit hanya dalam semalam pada Selasa hingga Rabu.

Di wilayah Gaza tengah, Rumah Sakit Al-Awda melaporkan bahwa serangan Israel pada Rabu menargetkan area di dekat pintu masuk sekolah yang menampung pengungsi Palestina, menewaskan delapan orang, termasuk tiga anak dan melukai sekitar 30 lainnya. Serangan lain juga terjadi di dekat kantor administrasi rumah sakit di kamp pengungsi Nuseirat.

Perang Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023 ketika kelompok militan yang dipimpin Hamas menyerang wilayah selatan Israel, menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 lainnya. 

Sejak saat itu, wilayah Gaza mengalami kehancuran besar-besaran, dengan sebagian besar infrastruktur luluh lantak dan lebih dari 90 persen dari 2,3 juta penduduknya mengungsi berulang kali.

Kondisi kemanusiaan semakin diperparah oleh sistem distribusi bantuan yang dijalankan oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF), organisasi kontroversial yang didukung AS dan Israel. 

Hampir 170 LSM menuntut pembubaran sistem tersebut, menyebut bahwa warga Gaza dipaksa memilih antara kelaparan atau risiko kematian. GHF mengumumkan rencana menutup cabang Jenewa setelah otoritas Swiss memulai proses hukum pembubarannya.

Sejak GHF mulai beroperasi pada akhir Mei, Kementerian Kesehatan Gaza mencatat setidaknya 640 warga Palestina tewas dan lebih dari 4.400 luka-luka di sekitar lokasi distribusi bantuan yang dijaga pasukan Israel.

Di tengah tragedi kemanusiaan ini, Hamas mengaku tengah mempelajari proposal gencatan senjata baru yang diklaim sebagai “final” oleh Presiden AS Donald Trump. 

Trump mengatakan bahwa Israel telah menyetujui persyaratan penting untuk menghentikan perang selama 60 hari setelah pertemuan dengan pejabat Israel.

Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan penolakan terhadap keberadaan Hamas dalam pernyataan publiknya. 

“Tidak akan ada Hamas. Tidak akan ada Hamastan. Kami tidak akan kembali ke sana. Semuanya sudah berakhir,” ujarnya dalam sebuah acara resmi. (H-4)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |