
SISA-sisa tulang manusia berusia 4.000 tahun yang ditemukan di Cile mengungkap keberadaan bentuk langka penyakit kusta. Hasil itu berdasarkan analisis DNA kuno yang dipublikasikan di jurnal Nature Ecology and Evolution pada 30 Juni 2025.
Kusta yang umum biasanya disebabkan bakteri Mycobacterium leprae. Namun, penelitian ini menemukan individu di situs arkeologi Cerrito dan La Herradura di utara Cile menderita kusta akibat bakteri yang lebih langka, yaitu Mycobacterium lepromatosis.
Para peneliti berhasil merekonstruksi genom lengkap M. lepromatosis dari tulang dua pria dewasa yang ditemukan di situs tersebut. Penemuan ini memperkuat dugaan dua jenis bakteri penyebab kusta telah berevolusi secara terpisah, di belahan dunia yang berbeda, selama ribuan tahun.
“Temuan ini mengubah pemahaman kita tentang sejarah kusta, dan menimbulkan pertanyaan baru tentang bagaimana penyakit ini menyebar di benua Amerika,” kata Charlotte Avanzi, pakar genomik kusta dari Colorado State University yang tidak terlibat dalam studi ini.
Asal Usul Kusta Masih Misterius
Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang ditandai dengan lesi kulit, mati rasa pada anggota tubuh, dan perubahan struktural pada tulang. Perubahan tulang inilah yang membantu para arkeolog mengidentifikasi jejak penyakit pada kerangka manusia kuno dari Eropa, Asia, dan Oseania sejak 5.000 tahun lalu.
Selama ini, sebagian besar kasus kuno dikaitkan dengan M. leprae dan diyakini berasal dari kawasan Eurasia sekitar 6.000 tahun lalu, bertepatan dengan peralihan masyarakat dari pemburu-pengumpul menjadi petani.
Namun, hingga kini, tidak ada bukti arkeologis kusta yang ditemukan di benua Amerika sebelum masa kolonial, sehingga penyakit ini dianggap baru muncul setelah kedatangan bangsa Eropa. Temuan baru dari Cile membantah asumsi tersebut.
“DNA kuno kini menjadi alat penting untuk menelusuri penyakit yang memiliki sejarah panjang di Amerika,” ujar Kirsten Bos, paleopatolog molekuler dari Max Planck Institute dan salah satu penulis studi.
Ditemukan Bukti Mengejutkan di DNA
Menurut tim peneliti, genom M. lepromatosis yang ditemukan pada tulang tersebut sangat terawat dengan baik. Hal yang jarang terjadi dalam studi DNA kuno, terutama untuk spesimen yang berusia ribuan tahun.
“Awalnya kami ragu karena kusta umumnya dianggap sebagai penyakit era kolonial,” kata Darío Ramirez, kandidat doktor antropologi biologi dari Universitas Nasional Córdoba, Argentina. Namun setelah dilakukan verifikasi mendalam, tim memastikan bahwa mereka memang menemukan bukti kusta langka yang berasal dari masa prasejarah.
Walau signifikan, Bos menekankan bahwa temuan ini belum cukup untuk memastikan asal-usul kusta dari benua Amerika. “Bukti awal mengarah ke sana, tetapi kita masih membutuhkan lebih banyak genom dari periode dan lokasi lain untuk memastikannya.”
Penyakit yang Menyebar Sebelum Penjajahan?
Penelitian ini juga memunculkan pertanyaan besar lainnya: bagaimana kusta bisa menyebar ke berbagai wilayah di Amerika?
Salah satu kemungkinan adalah bakteri ini sudah ada sejak awal migrasi manusia ke benua Amerika. Bisa juga kusta berasal dari hewan pembawa bakteri (reservoir) dan kemudian menular ke manusia.
Menurut Avanzi, kehadiran bakteri ini di wilayah-wilayah terpencil menandakan bahwa ada faktor lingkungan atau hewan yang berperan dalam penularannya. “Menelusuri asal-usul dan kemungkinan reservoir non-manusia untuk M. lepromatosis sangat penting, baik untuk kesehatan masyarakat maupun konservasi satwa liar,” katanya.
Penelitian ini melengkapi studi sebelumnya oleh tim Avanzi, yang menemukan bukti kehadiran M. lepromatosis di kerangka manusia dari Kanada dan Argentina—menegaskan bahwa bentuk langka kusta ini telah menyebar di Amerika sebelum kedatangan kolonialisme Eropa. (Live Science/Z-2)