
DOKTER spesialis radiologi di Indonesia termasuk salah satu yang sangat diperlukan di rumah sakit untuk mendukung pelayanan kesehatan. Menurut data Kementerian Kesehatan, di Indonesia per 13 Juli 2023, rasio pada dokter spesialis radiologi tercatat 0,009 dokter per 1.000 penduduk. Sementara itu, rasio tenaga dokter spesialis radiologi yang ditargetkan pemerintah, idealnya adalah 0,02 per 1.000 penduduk.
Ketimpangan rasio ini terjadi di banyak rumah sakit di Indonesia, terutama rumah sakit terpencil yang tidak memiliki dokter spesialis radiologi. Di sisi lain, pembacaan hasil radiologi di banyak rumah sakit masih memerlukan waktu yang lama, antara 24 jam hingga 3 hari.
"Sistem Teleradiologi center ini mendukung pemerataan layanan dokter radiologi di Indoensia. Satu dokter radiolog bisa menangani 3 rumah sakit, tapi tentu ini menjadi tantangan bagi wilayah di luar Jawa. Pemanfaatan teleradiologi akan memungkinkan dokter bisa memberikan keahliannya untuk membaca hasil pemeriksaan di rumah sakit daerah terpencil jika terintegrasi dengan satu sistem radiologi center ini," jelas Direktur PT Teleradiologi Center Indonesia (PT TCI) Slamet Riyanto dalam seminar bertema “Merevolusi Radiologi: Menjelajahi Perbatasan Teleradiologi dengan AI untuk Menjawab Tantangan Masalah TB di Indonesia” serta peresmian pusat teleradiologi pertama di Indonesia.
Menurut Slamet, TCI juga mengakomodasi pembacaan dokter radiolog agar hasilnya real time. "Dokter bisa membaca hasil pemeriksaan kapan saja, di mana saja, dan hasilnya bisa segera didapatkan,"ujarnya.
Proses digitalisasi pembacaan hasil pemeriksaan radiologi juga memberikan benefit bagi rumah sakit karena menghilangkan pemakaian film. Slamet menambahkan, TCI menyediakan layanan bagi rumah sakit yang kekurangan radiolog, atau rumah sakit yang pembacaan hasil pemeriksaan masih lambat serta medical check up. Layanan TCI lain adalah pembacaan hasil dengan kapasitas pasien di atas 1.000 orang.
"Kita bisa mengakomodasi pembacaan hasil dengan kapasitas besar karena TCI memiliki member dokter radiolog. Saat ini 50 dokter di TCI siap untuk mempercepat pelayanan," ujarnya.
Langkah pemeriksaan yang dilakukan adalah diagnosis yang dilanjutkan dengan pengobatan. "TCI mempercepat diagnosis sehingga diharapkan dapat mempercepat proses tindakan."
Menurut Slamet hal tersebut menjadi sangat krusial bagi rumah sakit karena banyak rumah sakit di daerah terpencil kesulitan mendapatkan hasil diagnosis dengan cepat. "Banyak rumah sakit perifer yang hasil diagnosisnya baru keluar satu minggu sehingga memperlambat penanganan pasien. Dengan memanfaatkan teleradiologi, rumah sakit dapat memperoleh hasil pemeriksaan lebih cepat sehingga proses penegakan diagnosis lebih tepat dan akurat khususnya rumah sakit daerah perifer yang kekurangan dokter subspesialis,"lanjutnya.
Ia mencontohkan, radiologi sub spesialis thorax. "Ketika menemukan kasus pasien di wilayah terpencil, tidak bisa konsulasi karena tidak ada dokter supspesialis. Dengan TCI bisa dikonsultasikan ke dokter subspesialisnya," kata Slamet.
Tantangan layanan radiologi
Presiden Direktur PT TCI, Prof Dr dr Aziza G Icksan, menjelaskan bahwa kegiatan ini digelar sebagai respons terhadap tantangan serius yang dihadapi Indonesia dalam bidang layanan radiologi.
Indonesia saat ini mengalami kekurangan jumlah radiolog yang signifikan, sementara angka kasus tuberkulosis (TB) menempati urutan kedua tertinggi di dunia.
"Melalui seminar ini dan peresmian pusat teleradiologi pertama di Indonesia, kami ingin menawarkan solusi konkret atas krisis kesehatan ini," ujar Prof Aziza dalam sambutannya kepada awak media.
Prof. Daehee Kang (Korea), Former Dean of Seoul National University College of Medicine, mengungkapkan jika dirimya sebelumya pernah menjadi dekan dari Seoul National University dari kedokteran dan waktu posisi saat itu ia itu banyak sekali berkomunikasi juga dan banyak melakukan proyek bersama dengan Universitas Gajah Mada serta Universitas Indonesia.
"Mungkin yang dirasakan saat itu adalah di Korea sendiri jumlah dokter itu sangat sedikit dan di Indonesia mungkin sama seperti itu dan bagaimana membuat dokter-dokter ini menjadi dokter-dokter yang hebat itu sangat sulit. sehingga ke depannya saya berharap bisa ada dokter-dokter yang sangat bisa di andalkan," ucapnya.
Sementara itu, Yoshitomo Furusawa (Jepang), Advisor of Irimoto Medical Radiology, berujar dengan ikut serta pada seminar ini bisa membantu pemerintah menurunkan angka penyakit, apalagi di Indonesia banyak sekali penyakit yang berhubungan dengan Tuberkulosis, yang tidak akan pernah bisa lepas dari radiologi.
"Diharapkan dengan bantuan ini angka penyakit Tuberkulosis dan angka kematian dapat berkurang," paparnya.
Acara ini juga mendapat dukungan dari perusahaan-perusahaan teknologi kesehatan ternama seperti HealthHub—platform pencitraan medis global yang mengembangkan solusi PACS berbasis cloud, serta PT Telenasindo—penyedia solusi perangkat lunak medis di Indonesia yang dikenal dengan THENA PACS dan TETRARIS. (H-2)