
Indonesia, negeri yang kaya akan warisan budaya, menyimpan berbagai peninggalan sejarah yang memukau. Salah satu bentuk peninggalan tersebut adalah candi, bangunan keagamaan kuno yang menjadi saksi bisu kejayaan masa lampau. Candi-candi di Indonesia bukan hanya sekadar tumpukan batu, melainkan juga karya seni adiluhung yang mengandung nilai-nilai filosofis dan spiritual yang mendalam. Keindahan arsitektur candi, dengan relief-relief yang rumit dan patung-patung yang anggun, selalu berhasil memukau siapa pun yang melihatnya. Namun, tahukah Anda bahwa setiap bagian dari candi memiliki nama dan fungsi tersendiri? Mari kita telusuri lebih dalam mengenai bagian-bagian candi dan makna yang terkandung di dalamnya.
Mengenal Bagian-Bagian Utama Candi
Secara umum, struktur candi terdiri dari tiga bagian utama yang melambangkan tingkatan alam semesta dalam kosmologi Hindu-Buddha. Ketiga bagian tersebut adalah Bhurloka (alam dunia bawah), Bhuwarloka (alam dunia tengah), dan Swarloka (alam dunia atas). Setiap bagian memiliki karakteristik arsitektur yang berbeda dan dihiasi dengan relief serta patung yang sesuai dengan tema masing-masing.
1. Bhurloka (Kaki Candi): Bagian paling bawah candi ini melambangkan dunia manusia atau alam duniawi. Bhurloka sering kali dihiasi dengan relief yang menggambarkan kehidupan sehari-hari, cerita-cerita binatang (fabel), atau adegan-adegan yang bersifat duniawi. Kaki candi berfungsi sebagai fondasi yang menopang seluruh bangunan candi. Pada beberapa candi, kaki candi memiliki struktur yang kompleks dengan beberapa tingkatan.
2. Bhuwarloka (Tubuh Candi): Bagian tengah candi ini melambangkan alam antara atau dunia transisi antara dunia manusia dan dunia para dewa. Bhuwarloka sering kali dihiasi dengan relief yang menggambarkan kisah-kisah kepahlawanan, ajaran-ajaran agama, atau adegan-adegan yang berkaitan dengan perjalanan spiritual. Pada bagian ini, terdapat pula bilik-bilik yang berisi arca atau patung dewa-dewi yang dipuja.
3. Swarloka (Atap Candi): Bagian paling atas candi ini melambangkan alam para dewa atau alam spiritual tertinggi. Swarloka sering kali berbentuk stupa (pada candi Buddha) atau meru (pada candi Hindu) yang melambangkan puncak gunung suci Mahameru, tempat bersemayamnya para dewa. Atap candi biasanya dihiasi dengan ornamen-ornamen yang rumit dan simbol-simbol keagamaan yang sakral.
Elemen-Elemen Arsitektur Candi yang Khas
Selain tiga bagian utama tersebut, candi juga memiliki berbagai elemen arsitektur yang khas dan memiliki fungsi serta makna tersendiri. Beberapa elemen tersebut antara lain:
1. Gapura: Gapura adalah pintu gerbang yang menandai masuk ke kompleks candi. Gapura biasanya terdiri dari dua jenis, yaitu gapura paduraksa (beratap) dan gapura bentar (tidak beratap). Gapura berfungsi sebagai simbol peralihan dari dunia luar yang profan ke dunia dalam candi yang sakral.
2. Mandapa: Mandapa adalah bangunan terbuka yang berfungsi sebagai tempat berkumpul atau tempat persiapan upacara keagamaan. Mandapa biasanya terletak di halaman candi dan memiliki arsitektur yang sederhana namun elegan.
3. Cella: Cella adalah ruang utama di dalam candi yang berisi arca atau patung dewa-dewi yang dipuja. Cella merupakan tempat yang paling sakral di dalam candi dan hanya boleh dimasuki oleh orang-orang tertentu yang memiliki kewenangan.
4. Relung: Relung adalah ceruk atau rongga pada dinding candi yang berfungsi sebagai tempat meletakkan arca atau patung kecil. Relung biasanya dihiasi dengan ornamen-ornamen yang indah dan memiliki makna simbolis tertentu.
5. Relief: Relief adalah ukiran pada dinding candi yang menggambarkan berbagai cerita atau adegan. Relief merupakan salah satu elemen penting dalam arsitektur candi karena berfungsi sebagai media untuk menyampaikan ajaran-ajaran agama atau nilai-nilai budaya kepada masyarakat.
6. Kala-Makara: Kala-Makara adalah motif hias yang sering ditemukan di atas pintu masuk candi. Kala adalah raksasa yang menakutkan, sedangkan Makara adalah makhluk air mitologis yang menyerupai ikan atau buaya. Kala-Makara berfungsi sebagai penolak bala atau penjaga pintu masuk candi.
7. Stupa: Stupa adalah bangunan berbentuk lonceng yang merupakan ciri khas candi Buddha. Stupa melambangkan alam semesta dan pencerahan spiritual. Di dalam stupa biasanya disimpan relik atau abu jenazah tokoh-tokoh penting agama Buddha.
8. Meru: Meru adalah bangunan bertingkat yang merupakan ciri khas candi Hindu. Meru melambangkan gunung suci Mahameru, tempat bersemayamnya para dewa. Jumlah tingkatan pada meru menunjukkan tingkat kesucian candi tersebut.
Makna Simbolis pada Setiap Bagian Candi
Setiap bagian candi bukan hanya sekadar elemen arsitektur, melainkan juga mengandung makna simbolis yang mendalam. Makna simbolis ini berkaitan erat dengan kosmologi Hindu-Buddha dan ajaran-ajaran agama yang dianut pada masa itu. Memahami makna simbolis ini akan membantu kita untuk lebih mengapresiasi keindahan dan nilai-nilai yang terkandung di dalam candi.
1. Bhurloka (Kaki Candi): Sebagai representasi dunia manusia, Bhurloka mengingatkan kita akan pentingnya menjalani kehidupan yang baik dan benar. Relief-relief yang menggambarkan kehidupan sehari-hari mengajarkan kita tentang nilai-nilai sosial, moral, dan etika yang harus kita junjung tinggi. Selain itu, Bhurloka juga melambangkan fondasi yang kuat, yang mengingatkan kita akan pentingnya memiliki dasar yang kokoh dalam segala hal yang kita lakukan.
2. Bhuwarloka (Tubuh Candi): Sebagai alam antara, Bhuwarloka melambangkan perjalanan spiritual manusia dalam mencapai kesempurnaan. Relief-relief yang menggambarkan kisah-kisah kepahlawanan atau ajaran-ajaran agama memberikan inspirasi dan motivasi bagi kita untuk terus berusaha meningkatkan kualitas diri dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Bhuwarloka juga melambangkan keseimbangan antara duniawi dan spiritual, yang mengingatkan kita akan pentingnya menjaga harmoni antara keduanya.
3. Swarloka (Atap Candi): Sebagai alam para dewa, Swarloka melambangkan tujuan akhir dari perjalanan spiritual manusia, yaitu mencapai pencerahan dan bersatu dengan Tuhan. Bentuk stupa atau meru yang menjulang tinggi melambangkan aspirasi manusia untuk mencapai ketinggian spiritual yang tak terbatas. Swarloka juga melambangkan keindahan, kedamaian, dan kebahagiaan abadi yang akan kita rasakan ketika kita mencapai kesempurnaan spiritual.
Fungsi Candi pada Masa Lalu
Pada masa lalu, candi memiliki berbagai fungsi penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi-fungsi tersebut antara lain:
1. Tempat Ibadah: Fungsi utama candi adalah sebagai tempat ibadah bagi umat Hindu-Buddha. Di dalam candi, para pendeta dan umat melakukan berbagai ritual keagamaan, seperti puja, sembahyang, dan meditasi. Candi dianggap sebagai tempat yang suci dan sakral, di mana manusia dapat berkomunikasi dengan para dewa atau mencapai pencerahan spiritual.
2. Pusat Pendidikan: Selain sebagai tempat ibadah, candi juga berfungsi sebagai pusat pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Di sekitar candi, terdapat asrama-asrama atau tempat tinggal bagi para pendeta dan pelajar yang mempelajari berbagai bidang ilmu, seperti agama, filsafat, sastra, seni, dan ilmu pengetahuan alam. Candi menjadi tempat bertemunya para cendekiawan dan tempat lahirnya karya-karya intelektual yang monumental.
3. Pusat Kebudayaan: Candi juga berperan sebagai pusat kebudayaan dan kesenian. Di candi, berbagai kegiatan seni dan budaya diselenggarakan, seperti pertunjukan tari, musik, wayang, dan drama. Candi menjadi tempat ekspresi kreativitas dan inovasi seni, serta tempat pelestarian dan pengembangan tradisi budaya yang luhur.
4. Lambang Kekuasaan: Pembangunan candi sering kali dikaitkan dengan kekuasaan dan legitimasi seorang raja atau penguasa. Candi yang megah dan indah menjadi simbol kemakmuran dan kejayaan kerajaan, serta menunjukkan kemampuan raja dalam membangun dan memelihara peradaban. Pembangunan candi juga dianggap sebagai tindakan yang saleh dan akan mendatangkan berkah bagi kerajaan dan rakyatnya.
Candi-Candi Terkenal di Indonesia
Indonesia memiliki banyak candi yang terkenal karena keindahan arsitektur, nilai sejarah, dan makna budayanya. Beberapa candi yang paling terkenal di Indonesia antara lain:
1. Candi Borobudur: Candi Borobudur adalah candi Buddha terbesar di dunia yang terletak di Magelang, Jawa Tengah. Candi ini dibangun pada abad ke-8 Masehi pada masa pemerintahan Dinasti Syailendra. Borobudur memiliki struktur yang megah dengan relief-relief yang menggambarkan ajaran-ajaran Buddha dan kehidupan Sang Buddha. Candi ini merupakan salah satu warisan budaya dunia yang diakui oleh UNESCO.
2. Candi Prambanan: Candi Prambanan adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang terletak di Sleman, Yogyakarta. Candi ini dibangun pada abad ke-9 Masehi pada masa pemerintahan Dinasti Sanjaya. Prambanan memiliki arsitektur yang indah dengan menara-menara yang menjulang tinggi dan relief-relief yang menggambarkan kisah Ramayana. Candi ini juga merupakan salah satu warisan budaya dunia yang diakui oleh UNESCO.
3. Candi Mendut: Candi Mendut adalah candi Buddha yang terletak tidak jauh dari Candi Borobudur. Candi ini dibangun pada abad ke-9 Masehi dan memiliki arsitektur yang sederhana namun elegan. Di dalam candi terdapat tiga arca Buddha yang sangat indah, yaitu arca Buddha Sakyamuni, Avalokitesvara, dan Vajrapani.
4. Candi Pawon: Candi Pawon adalah candi Buddha yang terletak di antara Candi Borobudur dan Candi Mendut. Candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke-9 Masehi dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan abu jenazah raja atau tokoh penting pada masa itu.
5. Candi Muaro Jambi: Candi Muaro Jambi adalah kompleks candi Buddha yang terletak di Provinsi Jambi. Kompleks candi ini merupakan salah satu situs arkeologi terbesar di Indonesia dan diperkirakan dibangun pada abad ke-7 hingga ke-13 Masehi. Candi Muaro Jambi menunjukkan adanya pengaruh budaya Sriwijaya dan Kerajaan Melayu pada masa lalu.
Melestarikan Warisan Candi untuk Generasi Mendatang
Candi merupakan warisan budaya yang tak ternilai harganya dan harus kita lestarikan untuk generasi mendatang. Upaya pelestarian candi dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain:
1. Konservasi Fisik: Konservasi fisik meliputi kegiatan pemeliharaan, perbaikan, dan restorasi candi untuk mencegah kerusakan dan memperpanjang usia bangunan. Kegiatan ini harus dilakukan oleh tenaga ahli yang kompeten dan menggunakan metode yang sesuai dengan prinsip-prinsip konservasi.
2. Penelitian dan Dokumentasi: Penelitian dan dokumentasi candi bertujuan untuk mengungkap sejarah, arsitektur, dan makna budaya candi. Hasil penelitian dan dokumentasi ini dapat digunakan sebagai dasar untuk kegiatan konservasi, pengembangan, dan pemanfaatan candi.
3. Pengembangan dan Pemanfaatan: Pengembangan dan pemanfaatan candi bertujuan untuk meningkatkan nilai candi sebagai objek wisata budaya dan sumber daya ekonomi. Pengembangan dan pemanfaatan candi harus dilakukan secara bijaksana dan berkelanjutan, dengan tetap memperhatikan aspek konservasi dan pelestarian.
4. Pendidikan dan Sosialisasi: Pendidikan dan sosialisasi candi bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi masyarakat terhadap candi sebagai warisan budaya. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti buku, film, pameran, seminar, dan kegiatan edukasi lainnya.
Dengan memahami bagian-bagian candi, makna simbolisnya, dan fungsinya pada masa lalu, kita dapat lebih mengapresiasi keindahan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Mari kita bersama-sama melestarikan warisan candi untuk generasi mendatang, agar mereka juga dapat menikmati dan belajar dari peninggalan sejarah yang berharga ini.
Berikut adalah tabel yang merangkum bagian-bagian candi dan maknanya:
Bhurloka (Kaki Candi) | Dunia Manusia, Fondasi | Menopang bangunan, Menggambarkan kehidupan duniawi |
Bhuwarloka (Tubuh Candi) | Alam Antara, Perjalanan Spiritual | Tempat arca dewa-dewi, Menggambarkan kisah kepahlawanan |
Swarloka (Atap Candi) | Alam Dewa, Pencerahan | Melambangkan puncak spiritual, Berbentuk stupa atau meru |
Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan Anda tentang candi-candi di Indonesia. Mari kita terus menjaga dan melestarikan warisan budaya kita agar tetap lestari dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang.