
EKONOM dari Center of Reform on Economics (Core) Yusuf Rendy Manilet berpandangan dengan kehadiran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), aset negara dapat berkembang lebih signifikan. Danantara bertujuan menjadikan dana kekayaan negara berperan penting dalam sektor-sektor strategis seperti energi terbarukan, manufaktur berteknologi tinggi, dan ketahanan pangan.
"Danantara dibentuk sebagai organisasi mandiri yang menerima mandat untuk mengelola investasi. Harapannya, aset negara bisa berkembang lebih optimal," ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (18/3).
Yusuf menuturkan, badan pengelola investasi tersebut berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi dalam lima tahun ke depan, khususnya dalam konteks pengembangan investasi dan optimalisasi aset negara.
Menurutnya, meskipun target investasi pemerintah hingga 2029 dianggap ambisius, ia meyakini hal tersebut bisa dicapai. Ini karena pencapaian investasi dalam dua hingga tiga tahun terakhir menunjukkan tren positif.
Presiden Prabowo Subianto menargetkan investasi sebesar Rp13.523 triliun hingga 2029, dengan nilai tahunan berkisar Rp1.500 triliun hingga Rp4.000 triliun.
"Kalau kita perhatikan dalam realisasi investasi, setidaknya dalam 2-3 tahun terakhir ini pencapaiannya tidak begitu buruk. Artinya dari target yang ditetapkan itu selalu tercapai target realisasi investasi," katanya.
Danantara juga diharapkan dapat meningkatkan minat investor untuk menanamkan modal di daerah-daerah yang sebelumnya kurang diminati.
"Sebagian investor masih ragu untuk berinvestasi di daerah karena berbagai faktor. Dengan adanya Danantara, minat mereka diharapkan meningkat," imbuhnya.
Founder Tumbuh Makna (TMB) Muliadi San mengaku mendukung kehadiran Danantara, khususnya dalam penguatan pasar modal Indonesia. Ia menilai Danantara berpotensi menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan inklusi keuangan masyarakat asal dikelola secara profesional.
"Dengan mengelola aset besar milik BUMN seperti Bank Mandiri, BRI, dan Pertamina, institusi ini memiliki potensi untuk meningkatkan kepercayaan investor melalui pengelolaan yang profesional dan transparan," ucapnya.
Muliadi juga menyoroti potensi Danantara dalam meningkatkan likuiditas pasar melalui pengelolaan aset yang efisien serta investasi di sektor-sektor strategis, seperti infrastruktur dan energi.
Kendati demikian, Muliadi menyoroti kondisi ekonomi global saat ini yang tengah mengalami perlambatan, yang berimbas pada tekanan terhadap rupiah akibat fenomena penguatan dolar. Dalam situasi ini, peran Danantara menjadi semakin krusial untuk mendorong kepercayaan investor domestik agar tetap aktif berinvestasi di dalam negeri.
"Kita tahu ekonomi global sedang slowing down (melambat), dolar AS sedang balik kampung. Yang terkena dampak ini justru rupiah. Kita berharap Danantara ini bisa membantu," tutupnya. (Ins/E-1)