
PARA peneliti dari Brigham and Women’s Hospital di Boston, Amerika Serikat melakukan penelitian pada keakuratan alat monitor gula darah atau Continuous Glucose Monitor (CGM) yang menemukan bahwa CGM tidak secara akurat mencerminkan kontrol gula darah pada orang normal dan pradiabetes.
Salah satu peneliti, Jorge A. Rodriguez, menjelaskan bahwa penelitiannya terkait hubungan antara hemoglobin A1c (HbA1c) dan delapan metrik CGM di seluruh status glikemik dengan menggunakan data orang dewasa berusia 40 hingga 85 tahun dari kelompok individu Artificial Intelligence Ready and Exploratory Atlas for Diabetes Insights.
Analisis ini melibatkan 421 individu dengan diabetes tipe 2, 319 individu dengan pradiabetes, dan 232 individu dengan normoglikemia atau orang dengan kondisi kadar gula darah normal.
Para peneliti menemukan bahwa hubungan paling kuat terjadi pada diabetes tipe 2, dengan kadar glukosa rata-rata menunjukkan hubungan terkuat.
Hubungan tersebut jauh berkurang pada penderita pradiabetes, dengan kadar glukosa rata-rata menunjukkan hubungan sedang. Terdapat hubungan minimal di antara individu dengan normoglikemia, dengan kadar glukosa rata-rata menunjukkan hubungan yang lemah.
"Studi kami menegaskan kembali bahwa CGM merupakan alat yang ampuh bagi penderita diabetes, tetapi angkanya tidak mencerminkan tes HbA1c standar untuk penderita pradiabetes atau gula darah normal," kata Rodriguez dikutip dari Gastroenterology Advisor pada Selasa (14/10).
Meski begitu CGM menjadi alat yang sangat efektif bagi orang dengan diabetes untuk melihat secara real time gula darah sehingga bisa memonitor asupan makanan maupun kegiatan fisik.
"Tetapi khusus bagi mereka yang tidak menderita diabetes, data CGM bukanlah pengganti HbA1c," pungkasnya. (Z-1)