
PRESIDEN Ukraina Volodymyr Zelensky melontarkan usulan mengejutkan dengan menyarankan pertemuan puncak tiga pihak antara dirinya, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump dalam upaya berani mengakhiri invasi Rusia yang telah berlangsung selama tiga tahun.
Dalam pernyataannya kepada wartawan yang dirilis pada Rabu (28/5), Zelensky mengungkapkan keterbukaannya terhadap “format apa pun” untuk mewujudkan perundingan damai. Dia bahkan siap jika pertemuan harus melibatkan ketiga pemimpin tersebut secara langsung.
"Jika Putin tidak nyaman dengan pertemuan bilateral, atau jika semua orang menginginkannya menjadi pertemuan trilateral, saya tidak keberatan. Saya siap untuk format apa pun," kata Zelensky seperti dilansir Daily Mail, Kamis (29/5).
Jatuhkan sanksi ekonomi
Dia menegaskan kesiapannya untuk bertemu dalam format tersebut dan mendesak Amerika Serikat untuk menjatuhkan sanksi ekonomi yang lebih berat terhadap Rusia, khususnya di sektor energi dan perbankan.
"Kami menunggu sanksi dari Amerika Serikat," ujarnya.
"Trump mengonfirmasi bahwa jika Rusia tidak berhenti, sanksi akan dijatuhkan. Kami membahas dua aspek utama dengannya – energi dan sistem perbankan. Akankah AS mampu menjatuhkan sanksi pada kedua sektor ini? Saya sangat menginginkannya," tambahnya.
Ketegangan antara Moskow dan Washington belakangan ini meningkat, dengan Trump dikabarkan kecewa atas kegagalan Zelensky dan Putin dalam memajukan kesepakatan damai.
Tolak pertemuan langsung
Sebelumnya, Kremlin menolak proposal pertemuan langsung di Turki, menegaskan bahwa pertemuan hanya mungkin dilakukan jika ada kesepakatan yang belum dijelaskan secara rinci.
Meski menghadapi penolakan dari pihak Rusia, Zelensky tetap mendorong diplomasi aktif, sekaligus meluncurkan seruan kepada Washington untuk segera mengesahkan sanksi tambahan yang dapat melumpuhkan mesin perang Rusia.
Sebagai respons militer, Ukraina meluncurkan salah satu serangan drone terbesar ke wilayah Rusia, hanya beberapa jam setelah pernyataan Zelensky disampaikan.
Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim hampir 300 drone diluncurkan ke wilayah udara mereka, meskipun hanya melaporkan kerusakan minimal, klaim yang belum dapat diverifikasi secara independen.
Di sisi lain, situasi di medan tempur tetap genting. Zelensky memperingatkan bahwa lebih dari 50.000 tentara Rusia kini dikerahkan di dekat wilayah Sumy, timur laut Ukraina. Menurutnya, hal ini adalah bagian dari strategi Moskow untuk menciptakan "zona penyangga."
Sementara pembicaraan damai terus dibicarakan, Zelensky mengungkapkan bahwa hingga kini Ukraina belum menerima memorandum resmi dari Rusia yang menguraikan persyaratan mereka untuk kesepakatan.
Konflik dikhawatirkan berkepanjangan
Situasi ini semakin memperdalam kekhawatiran bahwa konflik berkepanjangan ini tidak menunjukkan tanda-tanda akan berakhir dalam waktu dekat.
Dalam perkembangan lain yang dapat memicu kontroversi global, terungkap bahwa Ukraina telah diam-diam mendapat izin untuk menyerang target di dalam wilayah Rusia sejak November lalu.
Meskipun publik percaya bahwa pembatasan tersebut masih berlaku, sumber mengonfirmasi bahwa larangan penggunaan senjata Barat untuk menyerang Rusia sebenarnya telah dicabut secara diam-diam oleh pemerintahan Biden.
Meskipun Trump diperkirakan akan secara resmi mengumumkan pencabutan embargo tersebut, sumber internal menyebutkan bahwa keputusan itu sudah dibuat jauh sebelumnya, menjadikan langkah Trump hanya simbolis.
Pengungkapan ini berpotensi memicu ketegangan diplomatik baru, terutama di Eropa, di mana sekutu NATO seperti Inggris dan Prancis kini menghadapi risiko pembalasan dari Rusia.
Kekhawatiran tentang potensi aksi balasan meningkat setelah laporan bahwa polisi Inggris tengah menyelidiki tiga insiden kebakaran mobil yang terkait dengan Perdana Menteri Keir Starmer, meskipun tuduhan keterlibatan Rusia telah dibantah keras oleh Moskow.
Ukraina lancarkan serangan
Sementara itu, Ukraina terus melancarkan serangan terhadap sasaran strategis di Rusia, termasuk pabrik drone dan gudang amunisi.
Para pejabat militer Ukraina mengatakan bahwa keputusan untuk melonggarkan pembatasan penggunaan senjata terhadap wilayah Rusia memang disengaja dan telah berlaku cukup lama.
"Ini adalah masalah yang sangat rumit dan sulit karena kami diberi tahu bahwa larangan itu telah dicabut beberapa waktu lalu," kata seorang sumber militer Ukraina
"Mungkin ada kekhawatiran tentang eskalasi, tetapi tampaknya mereka sekarang memahami kemampuan kami untuk menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia," ujarnya.
Penyerangan terhadap pabrik pesawat nirawak baru-baru ini merupakan target yang sangat berguna karena mereka merupakan ancaman besar. (Fer/I-1)