Yovie Widianto Tegaskan AI tidak Bisa Gantikan Manusia dalam Membuat Karya

3 hours ago 1
Yovie Widianto Tegaskan AI tidak Bisa Gantikan Manusia dalam Membuat Karya Musisi Yovie Widianto(ANTARA/Muhammad Ramdan)

STAF Khusus Presiden Bidang Ekonomi Kreatif Yovie Widianto menilai kecanggihan teknologi kecerdasan buatan (AI) tidak akan pernah sepenuhnya menggantikan perasaan dan pemikiran manusia dalam menciptakan sebuah karya.

"Sepengalaman saya, kekuatan hati, kekuatan pemikiran, idealisme kita tetap menjadi integritas kita dalam berkarya dan itu yang membuat kita
menjadi otentik dibanding yang lain," kata Yovie, dikutip Sabtu (10/5).

Menurut dia AI bisa diposisikan sebagai mitra dan alat bantu dalam proses kreatif, bukan sebagai pengganti manusia. 

Kreativitas manusia yang digabungkan dengan pemanfaatan teknologi dapat menghasilkan karya berkualitas namun tetap otentik.

"Jadi, gunakan AI dan teknologi itu sebagai partner kita. Sesuatu yang kadang-kadang bisa jadi tidak sempurna, sesuatu yang kadang-kadang
tidak presisi dan dibantu oleh AI, menjadi kombinasi yang luar biasa," ujarnya.

Pemanfaatan teknologi

Terkait pemanfaatan teknologi, Yovie membagikan pengalamannya yang telah menekuni dunia musik selama hampir empat dekade, yang pernah menjalani proses rekaman secara analog.

Ia menjelaskan masa-masa awal kariernya ketika proses perekaman masih menggunakan pita kaset tebal dengan jumlah track terbatas hingga akhirnya kini semuanya bisa dilakukan secara digital.

Regulasi untuk lindungi hak kekayaan intelektual

Namun, Yovie juga menekankan pentingnya regulasi dan perlindungan hak kekayaan intelektual untuk mencegah pelanggaran hak cipta karena
pemanfaatan AI. Ia mendorong adanya pencatatan jejak dari sebuah karya agar hak ekonomi para penciptanya tetap terlindungi.

"Tinggal bagaimana kita punya posisi tawar untuk menilai kreativitasnya menjadi lebih baik. Nah, ini perlu kerja sama
internasional dari berbagai negara," ucapnya.

Contoh kebijakan di Korsel

Yovie mencontohkan kebijakan di Korea Selatan (Korsel) yang tidak memberikan hak cipta pada lagu yang diciptakan oleh AI. Ia menyebut regulasi seperti itu sebagai bentuk negara menghargai karya karya yang diciptakan oleh kreativitas manusia.

"Saya kagum dengan yang dilakukan oleh OMCA di Korea. Mereka membuat sebuah kebijakan bahwa lagu berbasis AI tidak bisa dapatkan hak ciptanya, artinya, karya-karya manusia sejatinya dihargai," pungkas Yovie. (Ant/Z-1)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |