Waspadai Kondisi Emosional setelah Pulang Haji, Apa Sih Post-Hajj Blues?

4 hours ago 1
Waspadai Kondisi Emosional setelah Pulang Haji, Apa Sih Post-Hajj Blues? ilustrasi(Antara Foto)

POST-Hajj Blues merupakan kondisi emosional yang dialami sebagian jemaah setelah kembali dari ibadah haji. Fenomena ini mirip dengan post-travel depression, namun memiliki dimensi spiritual yang lebih dalam karena berkaitan dengan pengalaman religius yang sangat intens.

Gejalanya meliputi perasaan hampa, sedih, kehilangan semangat, hingga kecemasan ringan. 

Perkataan ‘semoga engkau kembali dari haji dalam keadaan suci seperti bayi yang baru lahir’ menjadi ucapan sering terdengar saat menyambut jemaah pulang dari Tanah Suci. 

Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kementerian Kesehatan Imran Pambudi menyebut bagi sebagian jemaah, justru setelah kembali itulah ujian sejati dimulai. Mereka merasa kehilangan kedekatan spiritual yang begitu kuat saat berada di Makkah dan Madinah.

"Post-Hajj Blues muncul ketika ekspektasi tinggi tidak sejalan dengan realitas emosional dan spiritual yang dialami," kata Imran, Senin (23/6).

Kaitan Post-Hajj Blues dengan kondisi psikologis jemaah sangat erat, karena fenomena ini merupakan bentuk transisi emosional dan spiritual yang dialami setelah menjalani pengalaman ibadah yang sangat mendalam. 

Psikolog dari IPB University Nur Islamiah menjelaskan bahwa sindrom ini mencerminkan respons wajar terhadap perubahan besar dalam kehidupan batin seseorang.  Secara psikologis, kata dia, Post-Hajj Blues berkaitan dengan 3 hal. Pertama, post-event let down yakni setelah mengalami puncak spiritual di Tanah Suci, jemaah bisa merasa kehilangan arah atau makna ketika kembali ke rutinitas harian. Kedua, kesenjangan antara ekspektasi dan realitas gelar Pak Haji atau Bu Hajjah sering membawa tekanan sosial untuk tampil sempurna secara religius, yang bisa memperberat beban emosional.

Ketiga, sambung dia, yakni kerinduan spiritual karena banyak jemaah merasa rindu suasana sakral, lantunan doa, dan ketenangan jiwa yang sulit ditemukan di tengah hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari. Serta gejala psikologis ringan seperti kecemasan, kesedihan berkepanjangan, sulit tidur, dan menarik diri dari lingkungan sosial.

"Meskipun tidak tergolong gangguan kejiwaan, kondisi ini perlu mendapat perhatian karena bisa memengaruhi kualitas hidup dan spiritualitas jemaah setelah haji. Pendekatan psikososial yang empatik dan berbasis komunitas sangat penting untuk membantu mereka melewati fase ini dengan sehat dan bermakna,"

Meski belum banyak data kuantitatif di Indonesia, studi di beberapa negara menunjukkan bahwa sekitar 20–30% jemaah mengalami gejala Post-Hajj Blues ringan hingga sedang. 

"Di Indonesia, fenomena ini sering tidak teridentifikasi karena dianggap sebagai hal biasa atau bagian dari kerinduan spiritual," pungkasnya. (H-4)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |