Waspada Potensi Gempa Megathrust Bengkulu

5 hours ago 3
Waspada Potensi Gempa Megathrust Bengkulu Abiyu Dahru Fadlan, mahasiswa Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung(DOK PRIBADI)

INDONESIA termasuk pada daerah ring of fire, karena terjadi interaksi antara beberapa lempeng besar. Hal ini mengakibatkan aktivitas gempa bumi yang banyak terjadi di Indonesia. Salah satunya, terjadi di Pulau Sumatra, proses subduksi terjadi antara Lempeng Indo-Australia yang menghunjam ke bawah Lempeng Eurasia. 

Mengutip dari Advancing Earth and Space Science (AGU), pergerakan lempeng Indo-Australia diperkirakan memiliki kecepatan 5,2 cm/tahun pada wilayah utara Sumatra dan 7,2 cm/tahun pada wilayah selatan Sumatra. Perbedaan kecepatan pergerakan lempeng ini mengakibatkan terbentuknya segmen-segmen di kawasan Sumatra, di antaranya adalah segmen Andaman, segmen Simeulue, segmen Enggano dan segmen Mentawai. 

Pengetahuan terkait segmentasi ini menjadi penting karena penyebab gempa dapat terjadi akibat satu segmen atau beberapa segmen. Hal ini akan memengaruhi potensi gempa bumi yang akan terjadi di masa mendatang.

Megathrust merupakan interaksi lempeng yang saling bertabrakan mengakibatkan akumulasi stres yang berjalan dalam kurun waktu yang lama. Hal itu membuat saat terjadi pelepasan energi akan mengakibatkan gempa yang besar. 

Pelepasan energi terjadi secara tiba-tiba perlu menjadi perhatian  bahwa bencana megathrust dapat terjadi kapan saja. Oleh karena itu, kita harus senantiasa waspada dan memahami potensi kegempaan. 

Salah satu potensi gempa yang cukup besar berada di Pulau Sumatra. Sumatra memiliki sesar Semangko sepanjang sekitar 1900 km. Pulau tersebut mencatat banyak sejarah terkait aktivitas gempa bumi, mulai dari gempa bumi dengan magnitudo kecil hingga besar. 

Salah satu gempa bumi terbesar yang pernah terjadi di Sumatra adalah gempa Aceh pada 2004. Gempa dengan kekuatan sekitar magnitudo 9,2 hingga menyebabkan terjadinya tsunami itu terjadi akibat akumulasi beberapa segmen. Bersama-sama, segmen-segmen tersebut mengakibatkan gempa bumi yang merupakan salah satu yang terbesar di dunia (Lay et al., 2005).

Berdasarkan data United States Geological Survey (USGS) sejarah terjadinya gempa megathrust di Bengkulu pernah terjadi pada 1844 dengan kekuatan sekitar M8,4. Selain itu, pada Mei 2025 baru terjadi gempa dengan kekuatan M6,3 di sekitar Bengkulu. Secara historis, gempa bumi sering kali terjadi di Pulau Sumatra, termasuk Bengkulu.

Dari United States Geological Survey (USGS) dapat dipetakan focal mechanism yang terjadi di sekitar Bengkulu pada 1977 hingga 2024 berkekuatan M4,6 hingga M8,5.

Gambar 1. Focal Mechanism Bengkulu (1977 - 2024)

Focal mechanism yang terjadi di Barat Laut Bengkulu kebanyakan menunjukkan pola sesar naik (thrust fault). Pola ini terbentuk karena lokasi tersebut merupakan zona subduksi Sumatra. Pada sekitar daratan Bengkulu didominasi oleh pola sesar geser (strike-slip). Oleh karena itu, pada wilayah Bengkulu memang memiliki potensi gempa yang cukup tinggi.

Salah satu peneliti kegempaan dari Institut Teknologi Bandung, Wahyu Triyoso, PhD, melakukan analisis terkait aktivitas kegempaan di Padang dan Bengkulu. Perbandingan nilai seismic hazard function (SHF) dari dua kota pesisir Sumatra, yaitu Padang dan Bengkulu, menunjukkan SHF Bengkulu lebih besar ketimbang Padang. SHF ini dihitung berdasarkan data dengan M6,0 hingga M9,0 pada radius kurang dari atau sama dengan 100 km selama 50 tahun.

Gambar 2. Perbandingan SHF Padang dan Bengkulu (sumber: Triyoso dkk, 2020)

Gambar 3. Peta bahaya seismik yang dinyatakan sebagai PGA (sumber : Triyoso dkk, 2020)

Pada gambar 3 menunjukkan peta bahaya seismik di Pulau Sumatra yang dinyatakan sebagai PGA dari 10% probabilitas terlampaui dalam 50 tahun. Berdasarkan gambar tersebut, dapat dilihat bahwa bahaya tinggi terdapat pada wilayah pesisir Sumatra, seperti Padang dan Bengkulu sehingga kemungkinan terjadi guncangan yang tinggi di bagian selatan Pulau Sumatra tersebut.

Bengkulu menjadi wilayah yang rawan terjadi gempa megathrust yang menuntut strategi mitigasi disiapkan secara komprehensif. Hal utama yang perlu dilakukan adalah edukasi kepada masyarakat sekitar agar  tidak menjadi ketakutan atau bahkan tidak peduli. Perlu dipastikan bahwa seluruh masyarakat paham supaya seluruh usaha mitigasi yang akan dilakukan dapat berlangsung dengan baik. 

Infrastruktur yang mumpuni, mengacu pada SNI 1725:2019, diperlukan untuk mengurangi potensi kerusakan yang akan terjadi. Pemerintah harus memastikan bahwa infrastruktur vital, seperti rumah sakit dan sekolah memenuhi standar tersebut.

Selain itu, perlu dilakukan simulasi gempa rutin yang oleh pemerintahan untuk masyarakat. Simulasi gempa ini setidaknya dilakukan satu tahun sekali, dengan melibatkan masyarakat umum, pelajar, dan instansi pemerintahan. 

Bengkulu sebagai salah satu wilayah dengan tingkat seismik yang tinggi perlu menerapkan mitigasi itu untuk masyarakat sekitar. Dengan begitu, masyarakat bukan hanya sadar terhadap ancaman gempa, melainkan juga siap dalam menghadapi situasi gempa. Adanya penelitian terkait potensi kegempaan bukan untuk menyebarkan ketakutan, melainkan untuk meningkatkan kesadaran kita.


Referensi

Falah, MF, Mukti, MM, Ismawan, & Helmi, F (2023). Fault segmentation of southern Sumatra (Sianok Segment–Semangko Segment) based on active fault mapping through digital elevation model (DEM) and seismicity. Journal of Geological Sciences and Applied Geology, 7(2), 38–51.

Liu, ., Suardi, I, Xu, X, Yang, S, & Tong, P (2021). The geometry of the subducted slab beneath Sumatra revealed by regional and teleseismic traveltime tomography. Journal of Geophysical Research: Solid Earth, 126(1), e2020JB020169. https://doi.org/10.1029/2020JB020169

Lay, T, Kanamori, H, Ammon, CJ, Nettles, M, Ward, SN, Aster, R, Beck, SL., Bilek, SL, Brudzinski, MR, Butler, R, DeShon, HR, Ekström, G, Satake, K, & Sipkin, S. (2005). The Great Sumatra-Andaman Earthquake of 26 December 2004: On-line supplemental
materials. Science
. https://doi.org/10.1126/science.1112250

Triyoso, W, Suwondo, A, Yudistira, T, & Sahara, DP (2020). Seismic Hazard Function (SHF) study of coastal sources of Sumatra Island: SHF evaluation of Padang and Bengkulu cities. Geoscience Letters, 7(2). https://doi.org/10.1186/s40562-020-00151-x

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |