
VOLUME lalu lintas selama periode lebaran di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, mengalami peningkatan yang didominasi kendaraan roda dua atau sepeda motor.
Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung Barat mencatat total kendaraan yang melakukan perjalanan di kawasan wisata ini naik 51% hingga akhir musim liburan.
"Volume lalu lintas naik signifikan terutama pengguna sepeda motor sehingga jalan raya tidak terlalu padat. Juga lebih lancar berkat kolaborasi dengan kepolisian, angka kecelakaan pun menurun," kata Kepala Dinas Perhubungan Bandung Barat, Fauzan Azima, Senin (7/4).
Ia menjelaskan, dengan jadwal libur yang lebih panjang maka masyarakat memiliki opsi untuk mudik maupun liburan lebih lama, sehingga kemacetan pun dapat ditekan.
"Dari sisi lalu lintas memang jalur wisata Lembang tidak terlalu padat karena jalan raya didominasi sepeda motor," tuturnya.
Seiring peningkatan volume lalu lintas, angka kunjungan wisatawan di Lembang sejak 29 Maret sampai 6 April 2025 juga meningkat 10% dibandingkan jumlah kunjungan tahun sebelumnya atau mencapai 189.850 orang.
"Kita hitung jumlah kunjungan dengan sampel diambil dari 18 destinasi di titik tertentu, meski paling dominan wisata di Lembang. Selama liburan total ada 189 ribuan, jadi ada tren kenaikan 9-10% dibanding tahun lalu," terang Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bandung Barat, Akhmad Panji Hernawan.
Dari 18 destinasi wisata yang menjadi sampel, angka kunjungan wisatawan paling tinggi selama masa libur Lebaran di antaranya Lembang Park and Zoo, Dusun Bambu, Floating Market, dan The Great Asia Afrika.
"Dengan masih tingginya angka kunjungan selama lebaran mudah-mudahan gairah ini masih bertahan. Artinya, Lembang masih idola," jelas Panji.
Disparbud Bandung Barat juga memonitor tempat-tempat wisata yang dikelola masyarakat melalui Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di wilayah selatan dan tengah. Meski terjadi kenaikan kunjungan wisatawan, namun angkanya tak terlalu signifikan.
"Pokdarwis masih landai, begitu pun tempat wisata di selatan dan tengah. Yang tampak signifikan hanya beberapa saja seperti Stone Garden di Cipatat. Kondisi ini dipicu karena wisata di selatan masih kurang daya dukung infrastruktur atau faktor aminitas," jelasnya.