Utang Meningkat, Rumah Tangga Indonesia Semakin Tertekan

1 day ago 3
Utang Meningkat, Rumah Tangga Indonesia Semakin Tertekan Warga berbelanja kebutuhan pokok di salah satu pusat perbelanjaan di Medan.(Dok. Antara)

KEPALA Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M. Rizal Taufikurahman mengungkapkan rumah tangga Indonesia semakin tertekan. Hal ini tercermin dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) pada Mei 2025 yang menunjukkan adanya kenaikan proporsi pendapatan konsumen yang digunakan untuk membayar utang, dari 10,5% pada April menjadi 10,8% di bulan Mei 2025.

Dia menilai ketika porsi pembayaran utang meningkat sementara, tidak diimbangi kenaikan pendapatan, ini mengindikasikan pola konsumsi rumah tangga yang mulai bergeser ke arah utang sebagai penopang gaya hidup.

"Rumah tangga Indonesia semakin tertekan, bukan hanya oleh harga barang kebutuhan pokok, tetapi juga oleh kewajiban keuangan yang membesar," ungkap Rizal kepada Media Indonesia, Kamis (12/6).

Menurutnya, kondisi tersebut menjadi perhatian serius dalam perspektif ekonomi rumah tangga, karena konsumsi merupakan pilar utama pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, kini konsumsi mulai dibayangi oleh tingginya beban utang.

Lebih lanjut, Rizal menuturkan kondisi rumah tangga di Indonesia diperparah oleh biaya kredit konsumsi yang masih tinggi akibat suku bunga acuan Bank Indonesia yang juga belum turun secara signifikan. Hal tersebut membuat akses pembiayaan menjadi mahal, terutama bagi kelompok rentan.

Secara kasat mata, lanjut Rizal, meski ekonomi Indonesia tampak stabil dengan inflasi yang terkendali di kisaran 2,84% (yoy), namun di bawah permukaan, terdapat sejumlah indikasi bahwa ekonomi belum benar-benar pulih secara inklusif.

Penurunan rata-rata proporsi konsumsi terhadap pendapatan dari 74,8% menjadi 74,3% pada Mei 2025 mencerminkan pelemahan daya beli, terutama pada kelompok menengah bawah yang paling sensitif terhadap fluktuasi harga.

"Jika konsumsi masyarakat mulai terkikis dan digantikan oleh pembiayaan melalui utang, maka pemulihan ekonomi menjadi bersifat semu dan rentan," jelas Rizal.

Tantangan struktural ekonomi nasional masih membayangi. Apabila tekanan eksternal seperti melemahnya ekspor dan depresiasi rupiah terus berlangsung, maka ketahanan ekonomi nasional akan semakin teruji.

Rizal menekankan strategi pemerintah ke depan tidak cukup hanya mengandalkan stimulus jangka pendek. Diperlukan kebijakan yang mampu memperkuat daya beli secara struktural, seperti penciptaan lapangan kerja formal, perluasan perlindungan sosial yang progresif, serta reformasi fiskal yang mendukung pertumbuhan inklusif dan berkelanjutan. (H-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |