
MAJELIS Ulama Indonesia (MUI) kembali menegaskan seruan solidaritas bagi Palestina serta ajakan untuk memboikot produk-produk yang terafiliasi dengan Israel selama Ramadan.
MUI menilai, meskipun telah ada kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza pada awal 2025, situasi masih jauh dari kata damai.
“Hingga saat ini selalu saja ada upaya-upaya dari pihak Israel untuk mengkhianati perjanjian gencatan senjata dan memblokade bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza,” kata Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Prof Sudarnoto Abdul Hakim, dalam keterangan tertulis, Selasa (11/3).
Ia menekankan aksi boikot masih harus dilanjutkan. “Karena itu, boikot masih sangat relevan untuk menekan Israel,” tukasnya.
Prof Sudarnoto menegaskan bahwa MUI menghargai upaya kemanusiaan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang terafiliasi dengan Israel selama Ramadan. Namun, MUI juga meminta agar mereka tidak menjalin hubungan dagang dengan Israel dalam bentuk apa pun.
“Kami katakan, jangan juga tetap memberikan dukungan kepada Israel, misalnya dengan melakukan perdagangan dengan Israel. Jadi, ini kamuflase yang harus dihindari,” ujar Prof Sudarnoto.
“Jika memang mendukung Palestina, harus secara genuine tidak melakukan hubungan bisnis dengan Israel dalam bentuk apa pun," imbuhnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan, bahwa boikot merupakan kewajiban bagi umat Islam sebagaimana termaktub dalam Fatwa MUI Nomor 83 Tahun 2023.
“Fatwa itu menegaskan haram hukumnya mengonsumsi, membeli, dan memiliki produk-produk Israel dan yang terafiliasi dengan Israel,” kata Prof. Sudarnoto.
“Fatwa ini harus dikawal, dan MUI tidak pernah mencabutnya," sambungnya.
Hal ini disampaikannya sebagai respons perusahaan multinasional yang masuk dalam daftar boikot kembali melakukan strategi pendekatan kepada komunitas muslim selama bulan Ramadan. Mereka menawarkan berbagai diskon, mensponsori acara keislaman, dan mengadakan buka puasa bersama dengan umat Islam.
Langkah ini berbeda dengan dua tahun sebelumnya, ketika serangan Israel terhadap Palestina di Jalur Gaza masih berlangsung. Kala itu, perusahaan-perusahaan ini aktif berdonasi bagi Palestina melalui organisasi filantropi Islam serta berupaya menepis keterkaitan bisnis mereka dengan Israel. (E-4)