
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Kamis (5/6) waktu setempat, mengeluarkan ancaman tegas terhadap Elon Musk, dengan menyatakan bahwa pemerintah akan mencabut semua subsidi dan kontrak yang melibatkan perusahaan-perusahaan milik sang miliarder teknologi.
Langkah ini diambil menyusul pernyataan keras Musk yang menyerukan pemakzulan presiden dan mengklaim bahwa nama Trump "ada dalam berkas Epstein", yang menurutnya menjadi alasan dokumen tersebut belum dirilis ke publik.
Melalui unggahan di platform miliknya, Truth Social, Trump menulis, “Cara termudah untuk menghemat uang dalam Anggaran kita, Miliaran dan Miliaran Dolar, adalah dengan menghentikan Subsidi dan Kontrak Pemerintah Elon. Saya selalu terkejut bahwa Biden tidak melakukannya!”
Hubungan antara Trump dan Musk yang dulunya erat kini berubah menjadi perseteruan terbuka.
Musk sebelumnya menjabat sebagai pemimpin Departemen Efisiensi Pemerintahan Trump (DOGE) dan menjadi pendukung utama kampanye presiden 2024, termasuk menyumbangkan hampir US$300 juta (sekitar Rp5 triliun).
Namun kini, Musk berbalik menuduh Trump menerapkan kebijakan fiskal yang ceroboh dan penuh konflik kepentingan.
Trump, yang sempat bungkam atas kritik-kritik Musk, akhirnya memberikan tanggapan pada Kamis (5/6). “Lihat, Elon dan saya memiliki hubungan yang hebat. Saya tidak tahu apakah kami akan melakukannya lagi,” katanya kepada wartawan di Ruang Oval.
Sementara itu, dalam wawancara terpisah dengan CBS News, Musk mengkritik keras paket anggaran besar yang didorong oleh Trump, yang ia sebut sebagai ‘Big Beautiful Bill.’ Menurut Musk, RUU tersebut akan memperbesar defisit dan menghancurkan kerja keras DOGE untuk mengurangi pemborosan anggaran.
Dia juga menentang tarif timbal balik yang dikenakan Trump terhadap lebih dari 100 negara, memperingatkan bahwa kebijakan tersebut bisa memicu resesi sebelum akhir tahun.
Sebagai respons terhadap ancaman Trump, Musk mengisyaratkan bahwa ia mungkin akan menghentikan operasional wahana antariksa Dragon milik SpaceX — satu-satunya kendaraan luar angkasa AS saat ini yang mampu membawa astronot ke Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Perusahaan-perusahaan Musk seperti Tesla, SpaceX, dan Starlink selama ini memainkan peran kunci dalam berbagai proyek strategis pemerintah AS.
Pada masa kampanye 2024, Musk memberikan dukungan besar kepada Trump, yang saat itu berhadapan dengan Kamala Harris.
Setelah kemenangan Trump, Musk diberikan posisi sementara dalam pemerintahan dan sering mendapat pembelaan publik dari sang presiden, termasuk selama gelombang protes anti-Tesla.
“Elon tidak pernah meminta apa pun kepada saya,” sebut Trump dalam salah satu pernyataannya kala itu.
Namun, hubungan itu memburuk ketika Musk secara terbuka mengklaim bahwa kemenangan Trump tak mungkin terjadi tanpa dukungan finansial dan kekuatan digital yang ia berikan — pernyataan yang kemudian memicu eskalasi perseteruan di antara dua tokoh berpengaruh ini.(H-4)