
TIONGKOK menepis laporan media yang mengeklaim bahwa Beijing dapat mengambil bagian dalam potensi pengerahan pasukan ‘penjaga perdamaian’ Uni Eropa ke Ukraina. ‘Negeri Panda’ juga menegaskan kembali pendiriannya yang mendukung solusi diplomatik untuk konflik Rusia versus Ukraina.
“Laporan oleh media Jerman Welt am Sonntag (mengenai hal tersebut) sama sekali tidak benar,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Guo Jiakun dalam jumpa pers, Senin (24/3), ketika diminta untuk mengomentari klaim tersebut.
“Posisi Tiongkok terhadap krisis Ukraina konsisten dan jelas,” ujar Jiakun.
Beijing telah memainkan peran aktif dalam mengadvokasi solusi diplomatik sejak meningkatnya permusuhan tiga tahun lalu, mengusulkan rencana perdamaian 12 poin pada 2023 dan mempertahankan dialog dengan Moskow dan Kiev.
Guo sebelumnya menyatakan, Beijing percaya dialog dan negosiasi adalah satu-satunya jalan keluar yang layak untuk krisis tersebut.
Sebelumnya pada Sabtu, Welt melaporkan, mengutip beberapa diplomat Uni Eropa yang tidak disebutkan namanya, bahwa Beijing sedang mempertimbangkan untuk bergabung dengan 'misi penjaga perdamaian' potensial yang dipelopori oleh Inggris dan Prancis.
Partisipasi Tiongkok dalam rencana ini disebut berpotensi meningkatkan penerimaan Rusia terhadap pasukan penjaga perdamaian di Ukraina, kata para diplomat kepada outlet tersebut.
Rusia telah berulang kali menolak gagasan pasukan Barat di Ukraina, dengan menggarisbawahi bahwa hal itu akan memerlukan persetujuan Dewan Keamanan PBB, di mana Moskow memegang hak veto.
Gagasan untuk menciptakan sekelompok negara yang siap mendukung Kiev secara militer pertama kali diusulkan oleh Perdana Menteri Inggris Keir Starmer pada pertemuan puncak darurat di London awal bulan ini.
Pejabat militer Inggris dilaporkan mengecam rencana Starmer tersebut sebagai ‘teater politik’, menyebut Perdana Menteri telah ‘terlalu terburu-buru’.
Rencana tersebut, yang mencakup pengerahan pasukan dan pesawat, didukung oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Namun Macron mengatakan pasukan Barat tidak akan dikerahkan ke Ukraina sampai situasi di lapangan aman bagi mereka.
Baik Macron maupun Starmer diperkirakan akan mengadakan pertemuan terpisah di London dan Paris minggu ini yang difokuskan pada perencanaan militer untuk Ukraina.
Menanggapi inisiatif Inggris dan Prancis untuk mengerahkan pasukan ke Ukraina, mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev menyebut Starmer dan Macron ‘berpura-pura bodoh’ dengan berpura-pura bahwa mereka mengirim pasukan penjaga perdamaian, bukan kontingen NATO.
“Pengerahan ini berisiko memicu perang habis-habisan antara blok militer dan Moskow,” Medvedev memperingatkan. (Russia Today/China Daily/B-3)