
TENTARA Israel menghadapi tantangan logistik dan mekanis yang semakin besar di tengah perang berkepanjangan di Jalur Gaza, Palestina. Ini ditandai dengan meningkatnya kegagalan teknis yang memengaruhi tank, kendaraan lapis baja, dan persenjataannya.
Media Israel, Harian Maariv, Jumat (6/6), mengutip pernyataan para prajurit, komandan kompi dan batalion, serta perwira senior yang mengatakan bahwa unit militer yang beroperasi di Gaza semakin terhambat oleh peralatan yang usang dan kurangnya suku cadang.
"Brigade Lapis Baja ke-7 melaporkan pada Kamis kesulitan serius dalam mengamankan suku cadang tank," lapor Maariv. "Komponen utama seperti mesin, rel, dan sistem kontrol sedang dikuras dari persediaan tentara, sementara suku cadang lain tidak tersedia."
Seorang perwira senior dari brigade tersebut, yang tidak disebutkan namanya, mengatakan kepada harian tersebut, "Kami telah berperang selama hampir dua tahun di Gaza, Libanon, dan Suriah, dan sekarang kembali lagi di Gaza. Kendaraan-kendaraan tersebut memburuk dengan cepat, terus berpindah dari satu misi ke misi lainnya."
"“Tidak seorang pun siap menghadapi kemungkinan perang yang begitu lama. Setiap komponen memiliki masa pakai dan kita sedang mencapai batas tersebut," imbuhnya.
Masalah tersebut, menurut Maariv, tidak hanya terjadi pada Brigade ke-7, tetapi juga memengaruhi semua unit tentara reguler, termasuk divisi lapis baja, artileri, dan infanteri.
Harian tersebut mengutip sebuah insiden baru-baru ini saat kegagalan teknis pada meriam tank milik Brigade Givati memicu serangkaian peristiwa.
"Senjata itu terlalu panas dan memicu kebakaran dalam lingkungan di Jabalia, Gaza utara. Truk pemadam kebakaran dikirim untuk memadamkan api," kata laporan itu.
"Setelah api padam, konvoi pengawal truk pemadam kebakaran disergap oleh pejuang Hamas yang menggunakan alat peledak rakitan, menewaskan tiga tentara dan melukai serius dua lainnya."
Seorang perwira militer senior mengatakan kepada Maariv, "Kendaraan tempur perlu perawatan, penggantian, dan pembaruan, tetapi tentara menghadapi kekurangan suku cadang yang parah." (Yeni Safak/I-2)