
Neraca perdagangan Indonesia pada April tercatat surplus sebesar US$160 juta. Kendati surplus, angka ini turun drastis dibandingkan capaian pada Maret 2025 yang mencapai US$4,33 miliar. Angka ini juga menjadi surplus terendah sejak Mei 2020.
"Neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar US$160 juta. Angka surplus ini terendah sejak Mei 2020," ujar Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini dalam konferensi pers Rilis BPS, Senin (2/6).
Dia menjelaskan penurunan neraca perdagangan pada April 2025 terjadi karena ada penyusutan nilai ekspor sebesar 10,77% dibandingkan Maret 2025. Sedangkan, nilai impor naik sebesar 8,8% secara bulanan.
Pudji menuturkan surplus neraca dagang pada April 2025 ditopang komoditas nonmigas sebesar US$1,51 miliar. Komoditas penyumbang surplus ini utamanya adalah bahan bakar mineral atau HS27, kemudian lemak dan minyak hewani atau nabati atau HS15, serta besi dan baja atau HS72. Pada saat yang sama, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit US$1,35 miliar.
"Komoditas penyumbang defisitnya adalah hasil minyak dan minyak mentah," jelas Pudji.
Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia dari Januari 2025 hingga April 2025 tercatat surplus sebesar US$11,07 miliar. Capaian ini ditopang komoditas nonmigas dengan US$17,26 miliar. Sementara, komoditas migas masih mengalami defisit sebesar US$6,19 miliar. (E-3)