Surplus Dagang Indonesia dengan AS Tembus US$4,32 miliar di Triwulan I 2025

2 weeks ago 19
Surplus Dagang Indonesia dengan AS Tembus US$4,32 miliar di Triwulan I 2025 Ilustrasi(Antara)

NERACA perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) kembali mencatatkan surplus pada triwulan I 2025. Hingga Maret, surplus dagang mencapai US$4,32 miliar, naik dari US$3,61 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

"Sejak 2015 hingga 2024, nilai perdagangan Indonesia-AS secara umum mengalami tren meningkat. Tren surplus ini terutama ditopang oleh perdagangan nonmigas," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Senin (21/4).

Amalia menjelaskan, Indonesia terus mengalami defisit dalam perdagangan migas dengan AS. Namun surplus nonmigas lebih besar sehingga menutup defisit tersebut. "Surplus tertinggi dengan AS terjadi pada 2022, saat mencapai US$16,57 miliar," tuturnya.

Selama Januari hingga Maret 2025, ekspor Indonesia ke AS masih didominasi komoditas nonmigas. Komoditas unggulan ialah mesin dan perlengkapan elektrik (HS85) dengan nilai ekspor US$1,22 miliar, menyumbang 16,71% dari total ekspor ke AS.

"Disusul oleh alas kaki (HS64) senilai US$657,9 juta atau 9,01%, pakaian rajutan (HS61) sebesar 8,61%, dan pakaian bukan rajutan (HS62) sebesar 7,78%," terang Amalia.

Empat komoditas utama itu tercatat mencatatkan pertumbuhan ekspor yang signifikan dibanding tahun lalu. Komoditas mesin dan perlengkapan elektrik naik 17,65%, alas kaki naik 16,62%, pakaian rajutan naik 20,46%, dan pakaian bukan rajutan naik 1,47%.

AS juga tercatat sebagai negara tujuan utama ekspor pakaian dan alas kaki Indonesia. "Untuk ekspor pakaian rajutan HS61, pangsa ekspor ke AS mencapai 63,40%, jauh mengungguli Jepang dan Korea Selatan," kata Amalia.

Di sisi lain, impor Indonesia dari AS mencakup komoditas migas seperti crude petroleum oil (CPO), liquefied propane, dan liquefied butane. Sementara untuk nonmigas, komoditas utama impor meliputi mesin dan peralatan mekanis (HS84), biji dan buah berminyak seperti kedelai (HS12), serta mesin perlengkapan elektrik (HS85).

"Komoditas impor ini menunjukkan struktur kebutuhan industri domestik yang masih bergantung pada pasokan luar negeri, terutama dari AS," pungkas Amalia. (E-4)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |