Skrining Kanker Serviks Mandiri di Rumah Dapat Meningkatkan Partisipasi Perempuan

4 hours ago 3
Skrining Kanker Serviks Mandiri di Rumah Dapat Meningkatkan Partisipasi Perempuan Kanker serviks(Freepik)

Kanker serviks masih menjadi ancaman serius bagi perempuan di Indonesia. Data Kementerian Kesehatan mencatat bahwa pada tahun 2021 terdapat 36.633 kasus baru kanker serviks, menjadikannya jenis kanker terbanyak kedua yang menyerang perempuan.

Padahal, sebagian besar kasus ini sebenarnya dapat dicegah sejak dini, karena sekitar 95% di antaranya disebabkan oleh infeksi human papillomavirus (HPV).

Sayangnya, banyak perempuan yang enggan menjalani skrining karena alasan malu, takut, tidak nyaman, atau sulit mengakses layanan kesehatan. Inisiatif terbaru menawarkan solusi dengan teknologi yang memungkinkan perempuan untuk melakukan skrining HPV-DNA secara mandiri di rumah tanpa harus ke rumah sakit atau menjalani prosedur yang tidak nyaman.

Metode ini memungkinkan perempuan untuk mengambil sampel sendiri dengan alat yang telah dirancang khusus, lalu mengirimkannya ke laboratorium untuk dianalisis.

Teknologi ini telah diadopsi di beberapa negara, seperti Belanda, Denmark, dan Swedia, dan terbukti berhasil meningkatkan partisipasi skrining nasional. Kini, teknologi tersebut hadir di Indonesia dengan tambahan teknologi extended genotyping dan sistem otomasi pra-analitik penuh untuk meningkatkan akurasi dan efisiensi proses skrining.

Pentingnya deteksi dini dalam pencegahan kanker serviks menjadi fokus utama. Dengan metode pengambilan sampel mandiri untuk uji skrining HPV-DNA, lebih banyak perempuan dapat dijangkau untuk memastikan penanganan yang cepat dan tepat.

"Masih banyak perempuan yang belum memahami risiko infeksi HPV serta peran penting deteksi dini dalam pencegahan kanker serviks. Dengan mengintegrasikan metode pengambilan sampel mandiri untuk uji skrining HPV DNA, kami bisa menjangkau lebih banyak perempuan dan memastikan penanganan yang cepat dan tepat," ujar Direktur Utama RS Kanker Dharmais, dr. Raden Soeko Werdi Nindito Daroekoesoemo.

Sebuah survei menunjukkan bahwa 75% perempuan Indonesia lebih memilih metode skrining yang nyaman, dan 81% tertarik untuk melakukan pengambilan sampel mandiri di rumah. Selain itu, survei tersebut mengungkapkan adanya kesenjangan besar dalam pengetahuan dan akses terhadap deteksi dini kanker serviks.

Meskipun 92% perempuan Indonesia mengetahui bahwa kanker serviks dapat dicegah melalui pemeriksaan rutin, 70% di antaranya menunda kunjungan ke dokter kandungan karena merasa takut atau tidak nyaman.

"Rasa malu yang sering dirasakan oleh wanita menjadi salah satu elemen yang perlu dihilangkan. Dengan metode pengambilan sampel secara mandiri, faktor rasa malu tersebut dapat diatasi," ungkap Country Business Leader BD Indonesia, Hari Nurcahyo.

Target: 8.000 Perempuan, Eliminasi Kanker Serviks 2030

Sebagai bagian dari komitmen untuk mendukung target eliminasi kanker serviks di Indonesia pada 2030, inisiatif ini menargetkan pemeriksaan terhadap 8.000 perempuan di seluruh Indonesia. Setiap hasil positif dari skrining akan langsung ditindaklanjuti dengan penanganan medis yang sesuai.

"Melalui peningkatan akses terhadap skrining inovatif dan edukasi tentang pengambilan sampel mandiri untuk uji skrining HPV-DNA, kami berharap lebih banyak perempuan dapat mengambil langkah proaktif untuk menjaga kesehatannya. Kolaborasi dan inovasi menjadi kunci menuju masa depan bebas kanker serviks bagi perempuan Indonesia," tutur Hari.

Peringatan Hari Kartini tahun ini menjadi momen peluncuran inisiatif ini, menegaskan pentingnya pemberdayaan perempuan dalam urusan kesehatan. Melalui edukasi, kemudahan akses, dan pendekatan yang nyaman, diharapkan semakin banyak perempuan Indonesia yang sadar dan berani melakukan deteksi dini. (Z-10)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |