
Raja Kertanegara adalah tokoh penting dalam sejarah Kerajaan Singasari. Ia memimpin kerajaan ini menuju puncak kejayaan pada abad ke-13. Dikenal sebagai raja yang ambisius, Kertanegara berhasil memperluas wilayah dan meningkatkan pengaruh Singasari di Nusantara. Artikel ini akan membahas perjalanan hidupnya, pencapaian, dan akhir tragisnya.
Silsilah dan Awal Kehidupan Kertanegara
Kertanegara lahir sebagai putra Raja Wisnuwardhana dan Waning Hyun (Jayawardhani), cucu dari Ken Arok, pendiri Kerajaan Singasari. Ia diangkat sebagai yuwaraja (raja muda) di Kadiri pada tahun 1254 sebelum naik takhta pada tahun 1268. Dengan gelar Sri Maharajadiraja Kertanegara Wikrama Dharmottunggadewa, ia dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana dan berwawasan luas.
Masa Kejayaan Kerajaan Singasari di Bawah Kertanegara
Masa pemerintahan Kertanegara (1268-1292) adalah periode keemasan Singasari. Ia memiliki visi besar untuk menyatukan Nusantara, yang disebut sebagai Wawasan Nusantara I. Berikut adalah beberapa pencapaian utamanya:
- Ekspansi Wilayah: Kertanegara berhasil menaklukkan Bali (1284), sebagian Sumatera, Sunda, Kalimantan, hingga Pahang dan Maluku. Wilayah kekuasaannya mencakup jalur perdagangan penting seperti Selat Malaka.
- Ekspedisi Pamalayu: Pada tahun 1275, Kertanegara mengirim ekspedisi ke Sumatera untuk menjalin hubungan dengan Kerajaan Dharmasraya. Ia mengirim Arca Amoghapasa sebagai tanda persahabatan, yang juga bertujuan memperkuat pertahanan melawan ancaman Mongol.
- Perdagangan dan Ekonomi: Singasari menguasai perdagangan beras, emas, kayu cendana, dan rempah-rempah, menjadikan kerajaan ini pusat ekonomi yang kuat.
- Agama dan Budaya: Kertanegara memadukan ajaran Hindu dan Buddha dalam aliran Tantra Kalacakra. Ia juga dikenal sebagai Jnanabajreswara, simbol perpaduan Siwa-Buddha, yang terwujud dalam Arca Joko Dolog di Surabaya.
Konflik dengan Mongol dan Keberanian Kertanegara
Pada tahun 1289, utusan Kubilai Khan, Meng Khi, datang meminta Kertanegara tunduk dan membayar upeti. Dengan berani, Kertanegara menolak dan bahkan melukai utusan tersebut. Tindakan ini memicu rencana serangan Mongol ke Jawa, tetapi Kertanegara tidak sempat menghadapinya karena tragedi lain menimpanya.
Runtuhnya Singasari dan Akhir Hidup Kertanegara
Pada tahun 1292, Kertanegara menghadapi pemberontakan dari Jayakatwang, bupati Gelang-gelang dari Kadiri. Jayakatwang, yang merupakan keturunan Raja Kertajaya dari Kadiri, didukung oleh Aria Wiraraja, mantan pejabat Singasari yang dendam pada Kertanegara. Saat pasukan Jayakatwang menyerang, Kertanegara sedang mengadakan pesta ritual Bhairawa dan lengah. Dalam keadaan mabuk, ia terbunuh di istananya, mengakhiri riwayat Singasari.
Warisan Kertanegara
Meski Singasari runtuh, warisan Kertanegara tetap hidup. Menantunya, Raden Wijaya, mendirikan Kerajaan Majapahit pada tahun 1293, melanjutkan visi Kertanegara. Beberapa peninggalan penting dari masa Kertanegara meliputi:
- Arca Joko Dolog: Patung yang melambangkan Kertanegara sebagai Dhyani Buddha Aksobhya, dibuat pada tahun 1289.
- Candi Jawi: Tempat pemakaman Kertanegara, yang juga menjadi situs ibadah Hindu-Buddha.
- Candi Singasari: Tempat Kertanegara dicandikan oleh cucunya, Tribhuwana Wijayatunggadewi.
Kesimpulan
Raja Kertanegara adalah sosok visioner yang membawa Kerajaan Singasari ke puncak kejayaan. Dengan keberanian, diplomasi, dan ambisi besar, ia meletakkan dasar bagi persatuan Nusantara. Meski hidupnya berakhir tragis, warisannya terus dikenang melalui peninggalan budaya dan berdirinya Majapahit. Kisah Kertanegara mengajarkan kita tentang kepemimpinan yang berani namun juga pentingnya kewaspadaan. (Z-2)